Berita Jateng

Balita Stunting di Batang Capai 5.275 Jiwa, Calon Ibu Dibidik untuk Paham Asupan Gizi Anak

Jumlah balita yang terindikasi stunting di Kabupaten Batang mencapai 5.275 jiwa dari 37.302 jiwa atau setara 14,14 persen.

Penulis: Dina Indriani | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/DINA INDRIANI
Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengukuhkan Tim Percepatan Penurunan Stunting yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), organisasi lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, usaha dan akademisi di Aula Bupati, Kabupaten Batang, Rabu (20/7/2022). 

TRIBUNMURIA.COM,BATANG - Jumlah balita yang terindikasi stunting di Kabupaten Batang mencapai 5.275 jiwa dari 37.302 jiwa atau setara 14,14 persen.

Angka itu berdasarkan survei Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). 

Survey E-PPGBM berdasarkan pengukuran berat badan.

Lalu, ada juga survey Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) yang mencatat angka stunting 21,7 persen.

Survey keduanya berlangsung pada 2021. 

Dalam mendukung percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Batang, Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengukuhkan sebanyak 100 Tim Percepatan Penurunan Stunting yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), organisasi lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, usaha dan akademisi di Aula Bupati, Kabupaten Batang, Rabu (20/7/2022).

Baca juga: Bantu Anggota TNI dan Relawan Evakuasi Pesawat Jatuh di Blora, Pemkab Mendirikan Dapur Umum

Baca juga: Seorang Nenek Tegur Tetangga Buang Sampah di Kebunnya, Nyawanya Malah Dihabisi, Jasad Masuk Karung

Baca juga: Jadi Buah Bibir Lagi, Syekh Puji Wakafkan Tanahnya di Bedono Jambu Semarang ke Pondok Pesantren

"Ini menjadi komitmen bersama untuk penurunan Stunting di Kabupaten Batang yang nantinya dapat direalisasikan dengan baik," tuturnya kepada TribunMuria.com.

Dijelaskannya, stunting merupakan permasalahan kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama dan infeksi berulang.

Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar yang telah ditetapkan oleh menteri kesehatan.

"Angka stunting Kabupaten Batang (berdasarkan survey SGGI) di bawah nasional (24 persen), di atas Jawa Tengah (20 persen)," terangnya.

Rumus pengukuran survey SGGI berdasarkan sampel yang diambil dari 33 blok sensus.

Jumlah balita yang disurvey di tiap blok berjumlah 10 bayi. 

Ia menyatakan, stunting mengakibatkan pertumbuhan fisik dan otak yang tidak normal.

Sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan anak. 

Beberapa upaya yang dilakukan antara lain mengefektifkan program dari Jateng, yaitu Nginceng Wong Meteng.

Lalu, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan bayi. 

"Kami juga bekerja sama dengan KUA agar penghulu melakukan pembekalan pra nikah," imbuhnya. 

Langkah lebih lanjut yaitu membentuk tim percepatan penurunan stunting kabupaten Batang.

Baca juga: Jadi Buah Bibir Lagi, Syekh Puji Wakafkan Tanahnya di Bedono Jambu Semarang ke Pondok Pesantren

Baca juga: Kronologi Bocah 13 Tahun Meninggal Tenggelam di Sungai Cimeneng

Baca juga: Sutarwi Bela-belain Mau Vaksin Booster Demi Bisa Jenguk Anak di Rutan Jepara

Anggota tim terdiri dari lintas sektoral. 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Batang, Supriyono mengatakan infrastruktur turut mempengaruhi tingginya angka stunting. 

"Salah satunya adalah masalah sanitasi atau kebiasaan buang air besar sembarangan, kemudian masih kurangnya pengetahuan calon ibu tentang stunting, lalu juga pengetahuan tentang asupan gizi," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved