Berita Pati

Ratusan Orang Mengungsi dan Puluhan Rumah Warga Pati Rusak, Dampak Banjir Bandang di Margoyoso

Ratusan Orang Mengungsi dan Puluhan Rumah Warga Pati Rusak, Dampak Banjir Bandang Margoyoso banjir bandang pati desa bulumanis desa tunjungrejo

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Sejumlah warga Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso, Pati, berkumpul di tengah-tengah puing-puing bangunan dan genangan air, sisa banjir bandang yang menghantam desa tersebut, Kamis (14/7/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Puluhan rumah di dua desa: Desa Bulumanis dan Desa Tunjungrejo, pada Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, rusak setelah diterjang banjir bandang, Kamis (14/7/2022) dini hari kemarin.

Selain puluhan rumah rusak, dan ratusan warga dari kedua desa di Kecamatan Margoyoso tersebut mengungsi.

Banjir bandang menerjang setelah tanggul dua sungai yang membelah kedua desa jebol.

Demikian disampaikan Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Martinus Budi Prasetya.

Ia mengatakan bahwa di Desa Bulumanis Kidul ada 87 orang yang mengungsi ke balai desa.

"Sementara, di wilayah Desa Tunjungrejo, ada sekira 50 orang yang mengungsi ke tempat saudara atau tetangga yang tidak kebanjiran," kata dia saat ditemui TribunMuria.com di kantornya, Jumat (15/7/2022).

Budi menyebut, penyebab banjir bandang di Desa Bulumanis Kidul ialah jebolnya tanggul Sungai Suwatu.

Sementara di Desa Tunjungrejo akibat jebolnya tanggul Sungai Sat.

Namun demikian, ia menambahkan, secara umum peristiwa ini merupakan bagian dari fenomena La Nina.

"Kemarau tahun ini ialah kemarau basah. Sebenarnya saat ini musim kemarau tapi kenyataannya masih turun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat."

"Puncaknya kemarin Kamis dini hari yang mengakibatkan tanggul jebol," ujar Budi.

Selain itu, tak bisa dimungkiri, yang membuat banjir makin parah ialah adanya tumpukan sampah di sungai.

"Banyak sekali tumpukan sampah. Kemarin menyumbat di bawah Jembatan Sungai Suwatu."

"BBWS sudah menurunkan ekskavator dan dump truck untuk mengangkat sampah yang menyumbat di beberapa jembatan sepanjang aliran sungai," tutur dia.

Budi menyebut, entah disengaja atau tidak, perilaku masyarakat yang membuang sampah di sungai itu menghambat aliran air.

"Ini harus jadi catatan masyarakat. Mari kita kelola sampah dengan bijaksana."

"Jangan jadikan sungai sebagai pembuangan sampah."

"Ketika situasi normal mungkin tidak terasa, tapi begitu ada air dengan volume besar karena tingginya curah hujan, pasti akan menghambat aliran air," ujar Budi.

Ia menambahkan, kurang terpeliharanya hutan di lereng timur Muria juga menjadi penyebab tingginya fatalitas bencana banjir.

"Daerah tangkapan hujan yang harusnya ditanami dengan tanaman-tanaman keras yang mampu menahan tanah, akhirnya larut (air) cepat ke bawah karena tidak ada lagi yang mampu menahan derasnya air hujan di lereng Gunung Muria," jelas dia.

Dampak banjir ini memang cukup parah. Budi mengatakan, 13 rumah di Bulumanis Kidul rusak berat, bahkan sebagian di antaranya hanyut tak bersisa. Kemudian di Desa Tunjungrejo 12 rumah rusak berat.

Untuk penanganan pascabencana, Pemerintah Kabupaten Pati beserta sejumlah unsur terkait telah memberikan bantuan pangan bagi para korban banjir.

BPBD Pati juga telah meminta bantuan pada BPBD kabupaten-kabupaten tetangga untuk mengirimkan armada tangki air guna melakukan pembersihan desa dari endapan lumpur sisa banjir.

Lapisan lumpur, menurut Martinus, memiliki ketebalan rata-rata 15 sentimeter.

Relawan bersama masyarakat dan anggota TNI-Polri juga telah bergotong-royong membuat tanggul darurat di lokasi tanggul yang jebol. (mzk)

 

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved