Berita Temanggung
Harga Minyak Goreng Meroket, Omset Bisnis Jelantah Sugiyarto di Temanggung Turun 50 Persen
Harga Minyak Goreng Meroket, Omset Bisnis Jelantah Sugiyarto di Temanggung Turun 50 Persen
TRIBUNMURIA.COM, TEMANGGUNG – Melambungnya harga minyak goreng kemasan serta sulitnya mendapatkan minyak goreng curah, turut berdampak pada bisnis pengepul jelantah alias minyak goreng bekas pakai.
Belakangan ini, omset pengepul minyak jelantah berkurang drastis, bahkan hingga 50 persen, seiring melambungnya harga minyak goreng.
Satu di antara pengepul jelantah terdampak adalah Sugiyarto (36), warga Temanggung.
Baca juga: Warga Temanggung Antre Berjam-jam untuk Membeli Minyak Gorng Curah, Nurbua: Bawa Copy KTP
Baca juga: Minyak Goreng Meroket, Penjual Gorengan di Temanggung Sambat: seperti Buah Simalakama
Baca juga: Sidak ke Pasar Kliwon, Bupati Kudus Bilang Minyak Goreng Subsidi Susah Ditemukan
Sehari-hari, ia membuka lapak usaha pengepul minyak goreng bekas pakai atau jelantah di Lingkungan Punthuksari, Kelurahan Temanggung I, Kecamatan/Kabupaten Temanggung.
Ia mengaku, sebelum mahal dan langkanya minyak goreng, dirinya dapat mengumpulkan atau membeli minyak goreng jelantah hingga 100 liter per hari.
Jelantah dari berbagai kalangan masyarakat maupun pengusaha itu ia beli seharga Rp6.000 per liternya.
Namun kini, semenjak meroketnya harga, per hari ia hanya mampu mendapatkan 50 liter saja per hari.
Sejak berdiri 4 tahun silam, sudah banyak pelanggan yang menjual sisa minyak goreng bekas kepadanya.
Mereka antara lain berasal dari kalangan ibu rumah tangga, warung-warung, rumah makan, hingga restoran besar yang ada di seantero Kabupaten Temanggung.
“Ya pastilah, sejak harga minyak goreng kemasan mahal, minyak curah juga langka, jumlah minyak jelantah yang masuk ke lapak saya berkurang sampai 50 persen."
"Soalnya mereka mulai mengirit penggunaan minyak goreng karena memang mahal,” ungkapnya, Rabu (6/4/2022).
Menurutnya, tak hanya minyak goreng baru saja yang bermanfaat, bisnis ini ia pilih lantaran masih banyak pihak yang memburu minyak jelantah lantaran manfaatnya yang ternyata cukup besar.
Yakni dijadikan sebagai alternatif bahan bakar olahan beruoa bio diesel.
Tak tanggung-tanggung, ternyata minyak jelantah ini menjadi komoditas ekspor dan dikirim langsung ke Negeri Kincir Angin atau Belanda.
“Ini saya kumpulkan, kalau sudah banyak saya kirim ke Semarang untuk kemudian diekspor ke Belanda."
"Karena memang minyak jelantah masih bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif, yaitu bio diesel,” pungkasnya. (*)