Ia menyebut, beberapa sekolah yang mengalami kerusakan cukup parah seperti SDN 3 Margoyoso yang atapnya rusak, SDN 1 Damarjati yang atapnya rusak hingga disangga menggunakan kayu, SDN 2 Bungu dindingnya miring, serta SDN 2 Tigajuru tang atapnya juga di sangga dengan kayu.
"Rata-rata sekolah yang rusak itu karena atapnya yang dimakan rayap dan alasnya retak," terangnya.
Perbaikan
Dari banyakan kerusakan pada ruang kelas, Edi mengungkapkan, pihaknya sudah memperhitungkan kebutuhan anggaran untuk perbaikan. Pemkab Jepara pun sudah mendapat bantuan dana sebesar Rp 107 miliar dari pemerintah pusat untuk perbaikan sekolah.
Jumlah anggaran tersebut terdiri dari perbaikan TK yang diajukan untuk rehabilitasi sekitar Rp 2,1 miliar, SD dengan total anggaran yang diajukan Rp 89,8 miliar, dan anggaran perbaikan SMP yang diajukan Rp 15 miliar.
Meski demikian, ia berujar, anggaran yang diajukan dari APBN 2025 itu memang belum mampu mencakup seluruh kebutuhan rehabilitasi. Sehingga, prioritas rehabilitasi akan diberikan kepada sekolah-sekolah yang mengalami rusak berat.
Edi menyatakan, dari total anggaran yang diajukan, baru beberapa yang bisa terealisasi, yaitu untuk perbaikan di 25 sekolah.
"Anggaran yang sudah ada memang belum bisa mengcover semua, tapi sedang kami upayakan. Dari 25 paket itu (sekolah-Red), rehabilitasi untuk SMP sudah dimulai. SD akan dimulai sekitar awal Agustus," tandasnya.
Adapun, Bupati Jepara Witiarso Utomo telah bertemu dengan Sekretaris Direktorat Jenderal PAUD Kemendikdasmen Eko Susanto pada Selasa (29/7). Dalam pertemuan tersebut, Bupati menyampaikan harapannya agar bantuan tahap kedua dapat diperluas.
"Harapan kami, di tahap berikutnya ini jumlahnya bisa lebih banyak lagi, khususnya untuk satuan pendidikan yang mengalami kerusakan berat maupun sedang," tukasnya. (ito)