Sementara, perbaikan hanya membutuhkan waktu sekira satu pekan.
"Proses perbaikan itu satu minggu. Pengadaan 75 - 90 hari. Biar pelayanan tidak terlambat, kami lakukan perbaikan. Satu minggu insya Allah selesai," ucapnya.
Diakui Arwita, kondisi kontainer sampah bolong-bolong memang cukup menghambat pelayanan.
Dia mengaku, telah menganggarkan peremajaan 44 kontainer sebesar Rp 2,5 miliar melalui APBD 2025.
Peremajaan diprioritaskan untuk armada yang mengalami rusak berat.
"Ada yang rusak ringan, sedang, berat. Jadi, harus dipisahkan. Seperti di video (video viral-red) rusak berat."
"Kalau lobang dikit itu rusak ringan. Memang yang rusak berat yang diutamakan," jelasnya.
Upaya menggaet perusahaan untuk menggelontorkan dana corporate social responsibility (CSR), kata dia, telah dilakukan.
Hanya saja, mayoritas perusahaan memberikan bantuan berupa tong sampah pilah dan gerobak sampah.
Hingga kini, belum ada perusahaan yang menggelontorkan bantuan pengadaan kontainer.
"Karena anggaran besar, satu kontainer Rp60 juta," tambahnya. (eyf)