Berita Semarang

Cerita Dokter Putri dari Papua, dari Relawan Vaksin Merdeka hingga Masuk Polri melalui Jalur SIPSS

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DOKTER POLISI - Orang asli Papua, dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai, saat berada di komplek Akpol Semarang, Jumat (7/3/2025). Berawal dari jadi relawan Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta, dokter Putri tertarik masuk Polri melalui Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) 2025.

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Berawal dari jadi sukarelawan Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta, dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai, puteri asli Papua, tertarik menjadi anggota Polri dari jalur Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) 2025.

Setelah lulus dari SIPSS dan menjadi perwira pertama Polri, dokter Putri ingin mengabdi di tanah kelahirannya. Seperti apa kisahnya?

Baca juga: Mahasiswa S2 Kriminologi UI Musyaffa Rafdi Ikut Seleksi SIPSS Polri: Ingin Pecahkan Kasus Sulit

Baca juga: Pimpin Pembukaan Pendidikan SIPSS 2025, Ini Pesan Gubernur Akpol untuk Sarjana Calon Perwira Polri

Dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai (29) lolos seleksi Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) tahun ini.

Putri, sapaan akrabnya, adalah orang asli Papua yang mendaftar SIPSS melalui Polda Papua. 

Dokter Putri punya cerita tersendiri hingga memutuskan mendaftar sebagai anggota Polri lewat jalur SIPSS.

Selepas lulus Prodi Kedokteran Umum Profesi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, akhir tahun 2019 lalu, dia menjalani program internship di Papua.

Lokasinya di RS AL di Merauke dan Puskesmas Karang Indah Merauke. 

Selesai program itu, dia mendapat pesan dari kawannya sesama dokter.

“Saya posisi ketika itu sedang pengurusan STR (Surat Tanda Registrasi) di Jakarta, senior saya bilang lewat WA, kami masih kurang orang sebagai relawan tenaga medis Covid-19 di Wisma Atlet (Jakarta), apakah mau bergabung atau tidak?” kata dokter Putri, dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025). 

Mendapat tawaran itu, tanpa banyak pertimbangan, dia mengiyakan bergabung.

Menurutnya, kondisi ketika itu tenaga medis sangat dibutuhkan untuk menangani pasien yang jumlahnya begitu banyak. 

Sebagai dokter, tenaga medis, hatinya tergugah menolong sesama. 

Putri menghabiskan waktu sekira 6 bulan menjadi relawan di Wisma Atlet Jakarta yang ketika itu digunakan sebagai RS Darurat penanganan pasien Covid-19.

Seharinya, bekerja shif, rata-rata 9 jam namun seringkali juga mencapai 12 jam per hari.  

“Selama itu (per shif) pakai baju Covid itu (APD) tanpa bisa kami buka."

"Itu hectic banget, apalagi kalau jaga di bagian critical, satu dokter umum ambil 3 lantai (bertanggung jawab) satu lantai isinya bisa puluhan pasien, dari yang ringan sampai berat,” sambung Putri yang berulang tahun tiap 18 Oktober itu.  

Halaman
12