Karena tetap pada pendiriannya dan tidak bisa lagi ditawar, sambung Ambar, dirinya memilih anaknya dikeluarkan dari sekolah dan akan mencari lembaga pendidikan lain.
Ambarwati merasa bahwa pilihan politiknya benar dan menolak calon yang bertindak semena-mena.
Menurutnya beda pilihan itu wajar, namun karena pemilik yayasan tetap pada pendiriannya, sehingga anak-anak yang menjadi korban.
Senada disampaikan Jamilah, wali murid lainnya. Ia mengaku kaget seusai mengetahui bahwa anaknya dicoret dari peserta didik di TK Darul Fiqri.
Saat mencoba mengkonfirmasi melalui sambungan telepon kepala TK Darul Fiqri, ia sempat diperintahkan untuk memilih paslon pada Pilkada sesuai instruksi yayasan.
"Saya diminta coblos paslon tertentu, kalau tidak mau ya terpaksan anak saya dicoret dan dikeluarkan dari sekolah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala TK Darul Fiqri mengaku belum bisa memberikan keterangan saat dihubungi lewat panggilan telepon.
Dia hanya bersedia memberikan keterangan apabila didatangi langsung ke TK Darul Fiqri.
"Saya belum bisa klarifikasi tentang ini, kalau mau lebih jelasnya bisa datang ke sekolah langsung. Kalau lewat HP saya tidak bisa, mohon maaf ya," jawabannya.
Namun, saat awak media mendatangi lokasi, TK Darul Fiqri tidak ada aktivitas apapun.
Walaupun sempat menunggu beberapa jam dan menghubungi lewat WhatsApp, pihaknya tidak juga menemui. (*)