Ia meminta semua menghormati pihak berwajib dan pihak terkait yang sedang berproses memutuskan penyebab kematian almarhumah.
"Belum dipastikan kebenaran tentang bully pada almarhumah. Kita percayakan Kemenkes bersama Undip untuk mencari penyebab utamanya," kata Leni saat dihubungi Tribunmuria.com, Rabu (14/8/2024).
Leni mengatakan, almarhumah selama ini menderita sakit karena adanya Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
Hal itu bisa jadi juga menjadi faktor yang memperberat kondisi almarhumah sebagai sebagai residen anestesi.
"Mari tidak ikut berspekulasi. Mari fokus mendoakan almarhumah dan keluarganya," ungkapnya.
Tanggapan polisi
Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono menepis anggapan bahwa ARL tewas karena bunuh diri. Hanya, polisi mengakui, ada bekas suntikan di lengan korban.
Suntikan pada lengan tersebut, diduga kuat dilakukan sendiri oleh korban.
"Jadi, kematiannya bukan karena bunuh diri," tuturnya kepada Tribunmuria.com, Rabu (14/8/2024).
Agus menerangkan Aulia merupakan dokter ASN di Tegal. Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya dinas untuk mengambil S2 anastesi di Undip.
Sehari-hari, dokter itu beraktivitas di RSUP dr Kariadi Semarang.
"Dia (Aulia) sudah satu tahun ngekos tepatnya di samping kantor Kelurahan Lempongsari," tuturnya.
Menurutnya, cairan yang disuntikkan ke dalam tubuh korban adalah obat anestesi atau obat penenang.
Diakui, sebelum ditemukan meninggal dunia, Aulia merasa tertekan.
Selain karena beratnya menempuh pendidikan spesialis, juga karena capek menghadapi para seniornya.