Berita Pendidikan

Di Puncak Bukit Situs Giri Kedaton Gresik, Kumcer 'Jalan Kecil' karya Dewi Musdalifah Dibedah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bedah buku kumpulan cerpen Jalan Kecil karya Dewi Musdalifah di Situs Giri Kedaton Gresik, Sabtu (11/11/2023) sore.

TRIBUNMURIA.COM, GRESIK - Di Situs Giri Kedaton yang terletak di puncak bukit setinggi 200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 18 penulis cerpen membedah dan mendiskusikan buku "Jalan Kecil" karya Dewi Musdalifah, Sabtu (11/11/2023) sore.

Belasan cerpenis itu merupakan peserta Residensi Literatutur 2023 bertema "Mengalami Gresik Kota Lama sebagai Lanskap Bercerita" yang diadakan oleh Yayasan Gang Sebelah.

Residensi berlangsung tiga hari, Jumat-Minggu, (10-12/11/2023).

Diskusi buku kumpulan cerpen (kumcer) karya Dewi Musdalifah merupakan salah satu mata acara dalam rangkaian kegiatan residensi.

Adapun Dewi adalah pendidik dan penulis yang juga Pembina Yayasan Gang Sebelah.

Para cerpenis peserta residensi diajak mengulas buku kumcer karya Dewi dalam suasana santai sambil menikmati senja dari atas bukit dan menyeruput es cokelat celup roti.

Kumcer "Jalan Lain" berisi 16 judul cerpen yang tujuh di antaranya pernah dimuat di media siber maupun cetak.

Peserta asal Jember, Nurillah Achmad, merasa mendapat perspektif baru setelah membaca cerpen "Pertapa Penggenggam Mata Air" yang merupakan judul pertama dalam kumcer ini.

"Aku baru baca satu cerpen itu. Mengisahkan anak perempuan yang diajak melaut oleh sang ayah."

"Buat aku yang bukan anak pesisir, dan lebih dekat dengan kehidupan petani tembakau dan pekerja migran, ini merupakan hal baru," ucap Emerging Writer dalam Ubud Writers and Readers Festival 2019 ini.

Menurut Nuril, dalam cerita-cerita yang dia baca selama ini, tokoh nelayan selalu laki-laki.

"Karena referensi bacaan dan pengetahuanku yang sedikit seperti itu, saat aku menulis tentang kisah anak yang diajak melaut, ya (saya tuliskan sebagai) anak laki-laki," tutur dia.

Dia menambahkan, setelah membaca cerpen Dewi, dia ingin menulis cerita tentang perempuan pelaut sebagai nuansa baru bagi dirinya.

"Meski saya belum tahu bagaimana nanti perspektifnya, tapi saya ingin menulis seperti itu," tandas dia.

Peserta asal Ponorogo, Sapta Arif, menilai cerpen-cerpen Dewi kental akan unsur lokalitas. Dia juga mengaku terkesan dengan cara Dewi menggunakan unsur latar dalam cerpen.

"Meski yang saya baca (latar tempatnya) bukan di Gresik, melainkan di Gedung Kesenian Cak Durasim (Surabaya), cara Bu Dewi menempatkan setting sangat tepat."

"Tidak hanya ditempelkan, melainkan menunjang alur, konflik, hingga penokohan," ungkap pengajar Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo ini.

Halaman
12