Berita Pati

Fatmi Jatuh Bangun Rintis Bisnis Kaus Pati Oblong, Ingin Kenalkan Potensi Pati Melalui Dialek Khas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fatmi Nurjanah menunjukkan produknya di Distro Pati Oblong, Desa Winong RT 3 RW 2, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Selasa (30/5/2023).

Jumlah tersebut melonjak ketika musim lebaran tiba. Untuk memenuhi permintaan selama lebaran (terhitung sejak puasa hingga setelah Idulfitri), Fatmi biasa menyediakan stok 4.500 potong kaus.

Ketika itu, setiap bulan Fatmi bisa meraup omzet rata-rata Rp40 juta - Rp60 juta. 

Adapun ketika musim lebaran, omzetnya berlipat ganda hingga ratusan juta rupiah.

"Saya juga terima pesanan. Pemesan paling banyak justru ada di luar daerah."

"Ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Biasanya itu orang Pati yang tinggal di sana," terangnya.

Selain kaus, Fatmi juga membuat jaket dan aneka aksesoris cendera mata, antara lain pin, stiker, gantungan kunci, mug, tas, payung, topi, dan sandal.

Seluruh produknya didesain berdasarkan potensi Kabupaten Pati.

Setelah ia mempelopori bisnis kaus khas Pati, kemudian bermunculan para kompetitor dengan produk sejenis.

Namun, Fatmi tidak pernah merasa terancam dengan adanya kompetitor. Ia justru mendukung mereka.

"Selama mereka berkarya dengan kreativitas sendiri, tidak menjiplak, tentu saya dukung. Apalagi tujuannya sama-sama memajukan Pati. Soal rezeki sudah ada yang mengatur," tegasnya.

Bagi Fatmi, kompetitor juga merupakan pemicu semangatnya untuk terus berinovasi.

Ia selalu menciptakan konsep desain baru. Setidaknya, dalam satu bulan ada dua konsep desain baru yang ia setorkan pada adiknya yang mengendalikan produksi kaus di Yogyakarta.

"Niat saya mengenalkan Pati ke luar sekaligus mendorong pariwisata Pati. Saya ingin mengenalkan Pati pada dunia," tegas dia.

Adapun kini, Fatmi masih berupaya bangkit dari keterpurukan akibat Pandemi Covid-19. Dia mengatakan, saat pandemi melanda, bisnisnya benar-benar goyang. Tingkat penjualan anjlok.

Kondisi itu pula yang memaksanya memindahkan distro dari Jalan Diponegoro ke Desa Winong.

"Menjelang pandemi itu saya sudah perpanjang kontrak (tempat distro di Jalan Diponegoro) selama tiga tahun. Per tahun Rp30 juta. Jadi total Rp90 juta."

"Sedangkan setelah itu pandemi datang, selama tiga tahun penjualan sepi. Akhirnya Maret 2023 kemarin kontraknya habis dan saya pindah ke sini (Desa Winong)," jelas Fatmi.

Halaman
1234