Lukas Enembe

Diduga Alirkan Dana Hasil Korupsi ke OPM, Gubernur Papua Lukas Enembe: NKRI Harga Mati!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tersangka kasus suap, Gubernur Papua, Lukas Enembe mengenakan rompi tahanan KPK dengan tangan diborgol dan menggunakan kursi roda saat dihadirkan dalam konferensi pers yang dipimpin oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (11/1/2023). Lukas Enembe resmi menjadi tahanan KPK, namun karena alasan kesehatan dirinya dibantarkan di RSPAD Gatot Subroto.

Lukas Enembe membantah dirinya mengalirkan dana ke OPM untuk pembelian senjata. Enembe menebut: NKRI harga mati!.

TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menelusuri dugaan aliran dana dari Gubernur Papua non aktif, Lukas Enembe.

Lukas Enembe diduga mengalirkan dana hasil korupsi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk pembelian senjata Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Dugaan aliran dana dari Lukas Enembe ke kelompok separatis bersenjata di Papua mencuat setelah penangkapan Anton Gobya di Filipina.

Baca juga: Lukas Enembe Dipastikan Sehat, KPK Tegas Bantah Pernyataan Kuasa Hukum Gubernur Papua

Baca juga: Lukas Enembe Ngotot Cek Medis ke Singapura, KPK Beri Tawaran ke RSPAD yang Kualitasnya Memadai

Baca juga: Lukas Enembe Dinilai KPK Tidak Kooperatif, Terus Berkelit dan Penangkapannya Timbulkan Kerusuhan

Atas dugaan ini, Gubernur Papua non aktif, Lukas Enembe, membantah adanya dugaan aliran dana dari dirinya ke Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Lukas juga membantah bahwa pihaknya memiliki hubungan dengan organisasi tersebut.

“Enggak ada,” kata Lukas saat ditemui awak media di Gedung Merah Putih KPK, Jumat (10/2/2023).

“Hubungan apa?” lanjut Lukas.

Politikus Partai Demokrat itu juga mengaku tidak memiliki hubungan dengan Anton Gobay, warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap di Filipina karena kasus jual beli senjata api ilegal.

Berdasarkan informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila, Anton Gobay mengaku bahwa senjata ilegal yang dibeli di Filipina dikirim ke Papua.

Senjata itu digunakan untuk mendukung aktivitas kelompok bersenjata di Papua.

Lukas menegaskan bahwa dirinya menempatkan Indonesia sebagai harga mati.

“NKRI harga mati saya,” jawab Lukas.

“Tidak ada (hubungan dengan Anton Gobay). Kau catat, NKRI harga mati,” tegasnya.

Lebih lanjut, Lukas juga mengaku tidak mengenal tokoh OPM, Benny Wenda.

Halaman
12