Puluhan perajin tahu di Desa Ploso, Kecamatan Jati, mengaku lega atas penurunan harga kedelai.
Satu di antaranya adalah Eko Budi, perajin tahu di RT 2 RW 1 desa setempat.
Eko menyebut, harga kedelai mengalami penurunan dua kali dalam dua pekan terakhir.
Dari sebelumnya Rp13.800 - Rp14.000 per kilogram, turun menjadi Rp13.400 per kilogram pada awal Januari, dan kembali turun menjadi Rp12.900 per kilogram.
Menurut dia, harga kedelai saat ini memperpanjang napas para perajin tahu.
Kini, para produsen tahu bisa mendapatkan tambahan omzet hingga 6 persen atas penurunan harga kedelai.
Sehingga, keuntungannya pun mulai berangsur membaik.
"Pada September 2022 lalu, harga kedelai sangat tinggi, keuntungannya pun tipis sekali."
"Alhamdulillah saat ini sudah mulai turun. Dilihat dari harga jual tahu di Kudus, produsen masih dapat tambahan omzet," terangnya, Kamis (12/1/2023).
Dalam sehari, Eko Budi bisa memproduksi 450 kilogram atau 4,5 kuintal kedelai.
Jumlah tersebut bisa menghasilkan 117 papan tahu yang dikerjakan 8-10 karyawan.
Dia memastikan, meski terjadi penurunan harga kedelai, jumlah produksi tahu di rumah produksinya tetap sama.
Karena, jumlah tahu yang diproduksi melihat permintaan pasar di wilayah Kabupaten Kudus, Rembang, dan Jepara.
"Kalau pasokan kedelai saat ini melimpah. Untuk harga jualnya di Kudus masih Rp36.000 per papan, di Rembang selisih Rp3.000 lebih rendah."
"Mungkin nanti harga jual tahu bisa turun ketika harga kedelai sudah mulai turun," ujar Eko.
Meski demikian, Eko berharap, harga bahan pokok pembuatan tahu bisa lebih stabil di bawah Rp10.000 per kilogram.
Dengan itu, perajin tahu bisa mengambangkan usahanya lebih maju lagi, dan bisa memberdayakan masyarakat sekitar.
"Kalau harga kedelai di kisaran Rp12.000 per kilogram, sudah baik bagi kami."
"Harapan saya, harga kedelai bisa lebih murah lagi supaya perajin tahu dan tempe bisa dapat untung lebih," harap dia. (sam)