Berita Nasional

PBB Sorot Kebakaran Hutan di Indonesia Naik Drastis, Singgung soal Kemiskinan dan Sosial-Ekonomi

Lembaga PBB yang menangani kebencanaan, UNDRR, menyorot tingginya luasan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Singgung soal kemiskinan.

istockphoto.com
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Lembaga PBB yang menangani kebencanaan, UNDRR, menyorot tingginya luasan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Singgung soal kemiskinan dan faktor sosial-ekonomi.

TRIBUNMURIA.COM - Lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menanganani kebencanaan, UN Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), menyoroti tingginya angka kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.

Pada 2023, luasnya hutan dan lahan yang terbakar di Idonesia, naik lima kali lipat dari sebelumnya.

Berdasar data UNDRR, sepanjang 2023 luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia mencapai 1,16 juta hektare. 

Dalam laporan berjudul GAR Special Report 2024 tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang disorot oleh UNDRR ihwal karhutla yang sangat luas. 

Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru badan PBB yang menangani kebencanaan, UNDRR.

Data luas karhutla di Indonesia yang mengemuka dalam GAR Special Report 2024 tersebut sama dengan website Sistem Pemantau Karhutla SiPongi+ dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yakni 1,16 juta hektare.

Menurut UNDRR, setidaknya ada lima faktor utama yang menyebabkan luasnya karhutla di Indonesia sepanjang 2023.

Berikut lima penyebab utama karhutla yang terjadi di Indonesia menurut laporan UNDRR.

1. Perubahan iklim dan El Nino

Perubahan iklim membuat cuaca yang panas semakin panas. Hal tersebut menjadi fenomena yang ideal untuk berkembangnya api.

Selain itu, fenomena El Nino yang terjadi pada 2023 membuat cuaca kering dan panas menjadi semakin parah.

Kondisi tersebut membuat kekeringan semakin ekstrem sehingga lebih mudah memicu api penyebab kebakaran. 

Combo antara perubahan iklim dan El Nino membuat situasi kebakaran menjadi sangat parah. 

2. Kemiskinan di daerah pelosok

Pembakaran hutan menjadi salah satu strategi pembukaan lahan yang mudah dan murah.

Pembukaan lahan dengan cara dibakar seringkali dilakukan oleh penduduk yang terpaksa melakukannya karena diimpit kemiskinan di daerah pelosok. 

Dengan cara yang mudah dan murah tersebut, mereka bisa membuka lahan pertanian untuk kemudian dimanfaatkan guna menyambung hidup.

Untuk mengatasi masalah ini, mereka harus terlebih dulu dientaskan dari garis kemiskinan.

3. Hutan yang terdegradasi

Sebagian besar karhutla yang terjadi di semak belukar dan lahan gambut yang telah terdegradasi sebelumnya.

Kondisi semak belukar dan lahan gambut atau hutan yang terdegradasi membuat kebakaran dengan cepat merambat.

Untuk itu, diperlukan restorasi kawasan hutan yang terdegradasi dengan vegetasi endemik.

Sehingga, apabila ada titik api, risiko menjadi kebakaran yang luas dan besar menjadi rendah.

4. Praktik tebang dan bakar

Praktik pembukaan lahan dengan cara tebang dan bakar serta pembalakan hutan juga menjadi salah satu penyebab utama karhutla di Indonesia.

Di Kalimantan, sekitar sepertiga dari total hutan telah ditebang hanya dalam kurun waktu belasan tahun.

Untuk mencegah pembalakan hutan, dibutuhkan penegakan hukum yang ketat agar berbagai dampak negatifnya bisa ditangkal. 

5. Faktor ekonomi sosial

Berbagai faktor sosial-ekonomi yang ada di Indonesia saat ini juga mempunyai peran terhadap karhutla.

UNDRR menyampaikan, salah satu fakor sosial-ekonomi untuk perkebunan, seperti ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Meski sudah ada berbagai peraturan, pembukaan hutan dengan cara dibakar untuk perkebunan dan alih fungsi lain masih terjadi.

Kalimantan terparah

Dari seluruh wilayah di Indonesia, ada empat provinsi yang mengalami karhutla paling luas yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Papua Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Sebagian besar kebakaran terjadi di area semak belukar dan kawasan hutan terdegradasi, bukan di hutan primer.

Sehingga emisi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan tahun 2022.

Akan tetapi, kebakaran masih menghancurkan 13.260 hektar hutan primer menurut UNDRR.

Dilansir dari laman Sistem Pemantau Karhutla SiPongi+, berikut 10 provinsi dengan luas karhutla terbesar.

  1. Kalimantan Selatan: 190.394,58 hektare
  2. Kalimantan Tengah: 165.896,44 hektare
  3. Papua Selatan: 150.813,34 hektare
  4. Sumatra Selatan: 132.082,86 hektare
  5. Kalimantan Barat: 111.848,43 hektare
  6. Nusa Tenggara Timur: 102.536,89 hektare
  7. Nusa Tenggara Barat: 66.716,43 hektare
  8. Jawa Timur: 49.498,32 hektare
  9. Maluku: 45.999,39 hektare
  10. Kalimantan Timur: 39.494,41 hektare

Dari data tersebut, Kalimantan menjadi pulau yang mengalami total karhutla paling besar sepanjang 2023.

Dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, empat di antaranya masuk dalam 10 besar provinsi dengan karhula terluas.

UNDRR melaporkan, Kalimantan mengalami tingkat kebakaran tertinggi dan insiden kebakaran yang paling sering terjadi.

Selain Kalimantan, Pulau Sumatera juga mencatatkan jumlah karhutla yang luas.

Tingginya karhutla di Kalimantan dan Sumatera sangat menurunkan kualitas udara di kota-kota pulau tersebut. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved