Airlangga Mundur
Turbulensi Politik Golkar, Pengamat Politik Undip Singgung Persoalan Hukum dan Pergantian Presiden
Mundurnya Airlangga Hartarto merupakan turbulensi politik bagi Golkar. Pengamat politik Undip singgung persoalan hukum dan pergantian presiden.
Penulis: Budi Susanto | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Golkar jadi perbincangan hangat khalayak ramai.
Pasalnya, Airlangga Hartarto (AH) mundur jelang pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.
Pengamat politik dari Undip Semarang, Wahid Abdulrahman, menyebut Golkar sedang mengalami turbulensi politik.
Baca juga: Ihwal Airlangga Hartarto, Pengamat Sebut Sengaja Disingkirkan, Siapa yang Berkepentingan?
Baca juga: BREAKING NEWS: Airlangga Hartarto Mundur dari Ketua Umum Golkar, Ada apa?
Ia juga mengatakan turbulensi tersebut bisa diatasi Golkar meski membutuhkan waktu.
Hal tersebut berkaca pada pengalaman panjang kuatnya organisasi Partai Golkar.
Dikatakannya, dari catatan sejarah, kelembagaan Golkar bisa dikatakan paling baik.
"Golkar juga pernah mengalami dualisme kepemimpinan. Namun Berbagai permasalahan bisa diatasi karena pengalaman Golkar sangat panjang," ucapnya melalui sambungan telepon, Senin (12/8/2024).
Wahid menuturkan, Golkar menjadi partai yang tak tergantung dengan sosok atau figur sebagai pemimpin.
Kultur tersebut dikatakan Wahid berbeda dengan partai lainnya di Indonesia.
Menyoal penyebab mundurnya Airlangga jelang pelaksanaan Pilkada, ia mengatakan ada beberapa faktor.
Yang pertama ada guncangan di internal Partai Golkar yang berhubungan dengan pergantian kepimpinan negara.
"Di mana pergantian Ketum Golkar untuk menindaklanjuti hubungan baik dengan penguasa," paparnya.
Ia menyebutkan, di tangan Airlangga, Golkar bisa dikatakan baik dalam hal kinerja.
Bahkan selalu menjadi bagian dalam kekuatan mengusung pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres.
Selain faktor internal, faktor eksternal juga berpengaruh dalam mundurnya Ketum Golkar.
"Misalnya potensi permasalahan hukum yang dihadapi Airlangga dan tekanan dari pergantian Presiden," terangnya.
Kondisi tersebut dijelaskan Wahid menjadi pertimbangan mundurnya Airlangga sebagai Ketum Golkar.
Ia mengatakan dari pengalamannya, Golkar akan segera memperbaiki kelembagaannya baik melalui penunjukan Plt atau lainnya.
Menurutnya, proyeksi Golkar diperalihan kepimpinan juga berpengaruh pada mundurnya Airlangga.
"Pasalnya Golkar selalu ada di dalam internal pemerintahan. Keputusan tersebut bisa dikaitkan dengan siapa Ketum Golkar yang baru, yang bisa mengakomodir kebijakan penguasa dan pastinya ada grand desain di balik hal tersebut," terangnya.
Menurutnya, mundurnya Airlangga akan berdampak pada dinamika Pilkada di wilayah strategis seperti di Jateng.
Hal tersebut bakal berpengaruh pada rekomendasi figur yang akan maju ke Pilkada.
Wahid menyebutkan sosok yang direkomendasikan Partai Golkar di Pilkada akan berhubungan langsung dengan kepentingan penguasa.
Tak hanya itu, ia juga menanggapi isu Joko Widodo dan Gibran yang akan dijadikan Ketum Golkar.
"Isu tersebut sudah lama Joko Widodo dan Gibran akan di-Golkar-kan. Namun menurut saya kader muda Golkar masih punya idealisme dan akan mengangkat orang-orang yang membantu memenangkan Pilpres beberapa waktu lalu," tambahnya. (*)
Jokowi dan Gibran Didorong Jadi Ketua Umum Golkar Gantikan Airlangga, Pengamat: Merusak Demokrasi |
![]() |
---|
Terkejut Atas Pengunduran Diri Airlangga Hartarto, Begini Sikap DPD Partai Golkar Semarang |
![]() |
---|
Ihwal Airlangga Hartarto, Pengamat Sebut Sengaja Disingkirkan, Siapa yang Berkepentingan? |
![]() |
---|
Singgung Jokowi, Berikut Pidato Lengkap Pengunduran Diri Airlangga Hartarto dari Ketua Umum Golkar |
![]() |
---|
Mengapa Desakan Munaslub Golkar Menguat sebelum Airlangga Mundur dari Ketua Umum? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.