Berita Pendidikan
Di Puncak Bukit Situs Giri Kedaton Gresik, Kumcer 'Jalan Kecil' karya Dewi Musdalifah Dibedah
Kumpulan cerpen (kumcer) Jalan Kecil karya Dewi Musdalifah dibedah oleh para penulis di puncak bukit siut Giri Kedaton Gresik. Seperti apa?
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Yayan Isro Roziki
"Meski yang saya baca (latar tempatnya) bukan di Gresik, melainkan di Gedung Kesenian Cak Durasim (Surabaya), cara Bu Dewi menempatkan setting sangat tepat."
"Tidak hanya ditempelkan, melainkan menunjang alur, konflik, hingga penokohan," ungkap pengajar Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo ini.
Ditanya tentang manfaat yang didapat untuk jalan kepenulisan pribadi setelah mengulas cerpen Dewi, Sapta Arif mengatakan bahwa dirinya kian yakin bahwa pijakan semua aliran ialah realisme.
Bagi dia, sesuralis atau seabsurd apa pun sebuah cerita, pijakannya tetap realisme.
"Kemudian insight (pencerahan) baru yang saya dapat, dalam penulisan prosa ternyata juga ada momen puitik yang biasanya didapatkan di puisi."
"Maka yang terpenting, kita mau terbuka untuk selalu belajar, membuka diri untuk mengetahui hal-hal baru dalam penulisan cerita," tandas dia.
Sementara, Dewi Musdalifah mengatakan, lewat pembacaan kumcer ini dia ingin memberikan "horizon" yang berbeda kepada para peserta.
"Ketika memasuki gerbang Gresik, kita belum punya sesuatu yang berbicara tentang Gresik, bagaimana kemudian sastra menangkap itu."
"Dari cerpen-cerpen di buku saya, minimal saya sudah melakukan itu dan memperkaya horizon dari teman-teman," ucap pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Gresik ini.
Lewat diskusi kumcer ini, Dewi mengajak peserta residensi saling berbagi sudut pandang dan latar belakang dalam berkarya.
"Ada juga kesepakatan tentang intuisi. Ada pertukaran persepsi, momen puitika, dll, yang itu akan memperkaya horizon sastra kita," ujar dia.
Mengenai cerpen-cerpen karyanya, Dewi mengatakan bahwa tidak semua berangkat dari realitas yang ada dan terjadi di Gresik.
"Tapi saya selalu berusaha memiliki setting dan latar belakang yang jelas. Tidak melulu imajinasi dan intuisi, melainkan juga lebih kepada apa yang mau kita ambil dari lokalitas kita," tandas dia. (mzk)
Profesor Satomi Ogata dari Jepang Beri Kuliah Umum soal Industri Halal di FEB Undip |
![]() |
---|
Ferdinand Ungkap Kebijakan Kampus SCU: Mahasiswa Prioritas, Rektor Terakhir |
![]() |
---|
STEBI Bina Essa Bandung Perguruan Tinggi Pertama di Indonesia Terima Pembayaran UKT Gunakan Kripto |
![]() |
---|
Unida Kembangkan Penelitian Skema Wakaf Blended Finance untuk Dukung Pembiayaan SDGs di Indonesia |
![]() |
---|
Sejarah Singkat PSHT, Arti Lambang Beserta Maknanya yang Penuh Filosofi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.