Berita Ungaran

Kebakaran Hutan di Gunung Merbabu Meluas, Hanguskan 400 Hektare Lahan, Ini Kata Bupati Semarang

Bupati Semarang Ngesti Nugraha memantau kebakaran hutan dan lahan di lereng Gunung Merbabu. Ngesti perintahkan proses evakuasi warga dilanjutkan

|
TribunMuria.com/Reza Gustav Pradana
Asap tebal menyelimuti lereng Gunung Merbabu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada Sabtu (28/10/2023). Kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut makin meluas. 

TRIBUNMURIA.COM, UNGARAN - Kebakaran yang terjadi di hutan Gunung Merbabu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang masih terjadi hingga Sabtu (28/10/2023) malam.

Berdasarkan pantauan Tribunmuria.com di pos pengamanan Desa Batur, lereng gunung tersebut, api terlihat di lima titik yang tersebar di seluruh bagian gunung sisi utara pada sekitar pukul 19.00 WIB.

Tampak satu di antara titik api menjalar memanjang di salah satu bagian puncak gunung.

Baca juga: BREAKING NEWS: Kebakaran di Gunung Merbabu Semakin Luas, Warga Dievakuasi

Baca juga: Sirine dan Teriakan Bikin Panik, Evakuasi Warga Terdampak Kebakaran Hutan di Lereng Merbabu

Menurut penuturan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko lahan yang terbakar seluas sekitar 400 hektare.

“Kebakaran meliputi wilayah Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang dan sebagian kecil Kabupaten Boyolali,” kata dia kepada Tribunmuria.com.

Tim gabungan dari Polri, TNI, pemadam kebakaran, PMI, BPBD dan para relawan tengah berupaya menjaga situasi agar api tidak merembet sampai ke permukiman.

Meskipun api belum sampai ke permukiman, hembusan angin yang relatif kencang membuat kepulan asap serta abu yang berterbangan melanda permukiman warga di Dusun Ngaduman, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan.

Bupati Semarang, Ngesti Nugraha yang juga datang ke lokasi kejadian mengatakan bahwa proses evakuasi warga masih dilakukan ke Balai Desa Batur.

Hingga malam ini, terdapat 91 orang yang sudah dievakuasi.

Selain diungsikan ke Balai Desa Batur, terdapat warga yang mengungsi ke rumah kerabat. 

“Evakuasi kami prioritaskan bagi lansia, anak-anak dan ibu hamil. Kami siapkan juga selimut, handuk, air dan makanan karena disediakan dapur umum di sini," kata Ngesti.

Proses pemadaman sendiri terkendala faktor medan, termasuk angin yang berhembus tidak menentu arahnya. 

Hal itu membuat api tidak diketahui menyebar ke mana.

Selain itu, topografi serta puncak gunung sulit dicapai oleh manusia.

Upaya pemadaman masih terus dilakukan tim gabungan termasuk relawan yang berbondong-bondong datang membantu.

Upayanya berupa lokalisir api agar tidak melambat juga diupayakan. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved