Berita Jateng
Di Depan Megawati, Ganjar Bilang Pemimpin Harus Seperti Bumi: Siap Diinjak Kepalanya oleh Rakyat
Di hadapan Megawati Soekanorputri, Ganjar Pranowo memaparkan 8 sifat pemimpin. Di antaranya harus seperti bumi, siap diinjak kepalanya oleh rakyat.
- Ganjar Pranowo membeberkan 8 sifat pemimpin di hadapan Megawati Soekarnoputri, dan Gubernur Bali, Wayan Koster.
- Di antaranya, pemimpin harus bersikap seperti bumi, yang siap diinjak0injak, bahkan 'diinjak kepalanya' oleh tuannya, yakni rakyat.
TRIBUNMURIA.COM, BALI - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memaparkan pemimpin harus mmepunyai 8 sikap atau sifat.
Di antaranya 8 sifat pemimpin itu, kata dia, harus seperti bumi, yang siap diinjak-injak.
Sebab, kata dia, bumi yang menjadi tempat berpijak seluruh makhluk hidup.
Menurut dia, hal itu telah menjadi prinsip bagi Ganjar dalam menjalankan tugasnya memimpin Jawa Tengah.
"Jadi, kalau jadi pemimpin ya siap diinjak kepalanya oleh rakyat karena tuannya rakyat," kata Ganjar dalam pidato sambutannya di acara penandatanganan nota kesepahaman bidang kesenian antara Jawa Tengah dan Bali, di Sanur, Bali, Jumat (16/6/2023).
Hal itu disampaikan Ganjar di hadapan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri yang turut hadir dalam acara.
Ganjar menuturkan bahwa bumi menjadi salah satu prinsip kepemimpinan yang diajarkan leluhur.
Ganjar melanjutkan bahwa bumi juga mengajarkan kesabaran bagi seorang pemimpin.
Kesabaran, kata dia, akan memunculkan trust atau rasa percaya dari rakyat.
Ganjar juga meyakini, kekuatan utama sebuah negara adalah kepercayaan rakyat kepada pemimpin.
Prinsip kedua adalah matahari, di mana pemimpin memberikan energi dan membuka kesadaran.
Menurut Ganjar, matahari juga menyinari dan mendorong kolaborasi, memberikan semangat ke rakyat agar bersemangat.
Ia mencontohkan bagaimana kemampuan pemimpin sebagai matahari, yakni ketika terjadi pandemi Covid-19.
"Ketika semuanya stres, tidak ada ilmunya, semuanya harus melakukan improvement."
"Dan kalau tidak teguh seperti matahari yang menyinari, enggak bisa memberikan energi, pasti semua sudah loyo,” kata Ganjar.
Sifat ketiga adalah bulan yang memberikan ketentraman dan kedamaian meski di tengah kegelapan.
Keempat adalah bintang, ciri pemimpin yang mampu menjadi penunjuk arah di tengah kegelapan dan mampu memberikan inspirasi.
“Saya dididik di sekolah, di keluarga dan di partai, maka kalau kita kalau mau belajar keteguhan, belajar dari Bu Mega."
"Kurang apa coba beliau menyiapkan diri, tahun 1996 digempur habis-habisan."
"Ibu Mega masuk kualifikasi Hasta Brata, tenang, tidak marah, melawan dengan konstitusi," ujarnya.
"Dan kepercayaan (rakyat) itu ada sejak saat itu sampai dengan hari ini. Itu keteguhan,” urai Ganjar disambut tepuk tangan ratusan peserta acara.
Sifat selanjutnya adalah langit. Pemimpin yang mampu menaungi dan melindungi karena memiliki pengetahuan yang luas, dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Bagi Ganjar, kepemimpinan ke depan harus mempertimbangkan ilmu-ilmu berkembang yang sangat luas.
Sebab, menurutnya dunia terus berubah, dan kekuatan dunia yang baru terus bermunculan.
"Hari ini ada negara yang kuat dengan budayanya sendiri, membangun sistemnya sendiri dan kuat, yakni Rusia, Tiongkok, dan India."
"Maka berikutnya kita mesti mengejar mimpi kita di 2045, Indonesia mesti berikutnya,” kata bakal calon presiden (bacapres) PDI-P itu.
Setelah itu, Ganjar menyebutkan bagaimana seorang pemimpin harus bersifat seperti angin yang selalu berpengaruh dan dapat dirasakan siapa pun.
Ketujuh adalah sikap api yang mampu bersikap adil dan berani tidak pandang bulu.
“Karena nyala api akan menyesuaikan objek yang terbakar, yang dekat pasti terbakar."
"Maka mesti hati-hati. Dan mampu menegakan hukum sesuai perundang-undangan," tutur dia.
“Diajarkan oleh nenek moyang kita sifat api itu. Kalau kamu deket kebakar, tidak ada takutnya. Dan tidak ada api itu nyalanya ke bawah."
"Kalaupun ke samping karena misal tertiup angin, nanti pasti dia akan langsung ke atas. Sebuah sikap konsistensi dari api,” kata Ganjar.
Kedelapan adalah samudera, seorang pemimpin harus mampu menjadi hilir yang menerima semua air yang mengalir padanya.
“Apapun, tadi protes, di-bully, dimintai tolong, dicaci maki, ataupun disanjung, ia harus jadi muara dan samudera. Kalau orang Jawa bilang mesti jembar dhodho."
"Dadanya lebar menerima dengan sabar tidak marah,” ucap Ganjar.
“Ini tidak mudah tergoda dan memiliki prinsip kuat."
"Kalau saya contohkan Ibu Mega tadi, tidak pernah tergoda dan prinsipnya kuat."
"Digoda kiri kanan, tidak pernah mau. Maju terus.. maju terus," beber dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Di Depan Megawati, Ganjar Pranowo: Kalau Jadi Pemimpin, Ya Siap Diinjak Kepalanya
| Sambung Rasa Diaspora NU di 5 Benua, ISNU Jateng: Kontribusi Santri untuk Kemajuan Negeri |
|
|---|
| Rakor di Semarang, Kemendagri Ingin Pastikan Kepala Daerah di Jateng Gerakkan Siskamling |
|
|---|
| Ramai Isu Pemekaran Provinsi Jateng, Respons Gubernur Ahmad Luthfi Singgung Arahan Pusat |
|
|---|
| Masa Angkutan Lebaran, Ini Stasiun dengan Keberangkatan dan Kedatangan Pemudik Terbanyak di Daop 4 |
|
|---|
| Anggota DPR Edy Wuryanto Kecam Pemotongan THR dan Remunerasi Nakes RSUP di Semarang dan Jogja |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/ganjar-pranowo-wayan-koster.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.