Happy Ramadan
Pager Mangkok, Filosofi Sedekah Ajaran Sunan Muria yang Lestari, Mastur: untuk Keamanan Keluarga
Pager Mangkok adalah ajaran sedekar Sunan Muria untuk memperkuat keamanan diri dan keluarga. Filosofi Pager Mangkok adalah tidak pelit terhadap sesama
Penulis: Saiful MaSum | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Cara dakwah Sunan Muria (Raden Umar Said) di wilayah Kabupaten Kudus membekas di kalangan masyarakat.
Pesan dakwah yang disampaikan Sunan Muria dengan cara yang santun nampaknya banyak diterima warga.
Tak terkecuali masyarakat lereng Gunung Muria Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Satu pesan ajaran Sunan Muria yang masih terus diingat masyarakat adalah cara bagaimana meningkatkan keamanan keluarga melalui sedekah.
Warga Desa Colo, Mastur mengatakan, masyarakat Colo masih mengingat pesan Sunan Muria yang mengatakan 'Ojo Pageri Omahmu Nganggo Tembok, nanging Pageri Omahmu Nganggo Mangkok'.
Artinya, masyarakat Colo dan sekitarnya diajarkan oleh Sunan Muria untuk gemar bersedekah kepada tetangga.
Dengan sedekah, nantinya akan meningkatkan keamanan keluarga, saling menjaga satu sama lain dari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ajaran ini masih diingat masyarakat. Mengajarkan kita agar tidak pelit berbagi kepada sesama," terangnya, Senin (3/4/2023).
Mastur yang juga pengurus Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria menjelaskan, selain ajaran untuk gemar bersedekah, terdapat berbagai ajaran lain yang diberikan Sunan Muria untuk kemaslahatan masyarakat.
Di antaranya, selalu mengingatkan masyarakat agar seimbang dalam menjalani hidup.
Seimbang dalam mencari kebutuhan dunia, tanpa melupakan bekal untuk akhirat.
Mastur menyebut, dakwah yang dilakukan Sunan Muria dilakukan dengan seksama, tanpa harus memaksakan ajaran Islam masuk seketika itu juga.
Kata dia, satu metode dakwah yang terkenal adalah Topo Ngeli.
Artinya, Sunan Muria berdakwah dengan cara menghanyutkan diri ke dalam kegiatan masyarakat.
Berbaur dengan masyarakat sekitar, dan menyertai kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi rutinitas masyarakat.
"Sunan Muria konon datang ke wilayah Gunung Muria, saat itu masyarakat sekitar masih animisme."
"Mbah Sunan masuk dengan menghanyutkan diri ke dalam paguyuban-paguyuban," ujarnya.
Meski menyertai kegiatan masyarakat, kata dia, Sunan Muria juga menyisipkan dakwah ajaran Islam kepada masyarakat.
Seperti contoh, ketika ada tradisi kelahiran bayi, masyarakat diajak untuk membaca barzanji atau dikenal berjanjen, membaca manakib, syukuran dan membaca Alquran.
Dengan metode dakwah tersebut, ajaran Islam perlahan masuk ke lingkungan masyarakat.
Sunan Muria bahkan membangun masjid di Gunung Muria sebagai tempat ibadah bersama.
Kini, masjid yang terletak dikawasan komplek makam Sunan Muria itu masih berdiri kokoh menjadi tempat ibadah masyarakat sekitar dan pengunjung dari berbagai daerah.
"Mbah Sunan Muria membaur ke masyarakat, tapi tidak mengikuti ajaran yang ada. Justru mengarahkan dakwah pada Islam," tuturnya.
Dakwah Sunan Muria sukses memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar Gunung Muria agar memeluk agama Islam.
Sehingga Islam diterima dengan baik oleh masyarakat Colo dan sekitarnya.
Bahkan, warga di permukiman kawasan Gunung Muria kini menggantungkan pendapatan melalui komplek pemakaman Sunan Muria.
Di antaranya bekerja sebagai tukang ojek, pedagang dan beberapa jenis pekerjaan lainnya. (Sam)
Jalan Toleransi Yusni Andarianasti, Guru Vokal Kristiani Latih Grup Musik Religi Islam di Blora |
![]() |
---|
Perajin Beduk dan Rebana di Demak Banjir Pesanan saat Ramadan, Kirim Produk hingga Luar Negeri |
![]() |
---|
Menengok Masjid Jami' Nur Nganguk Wali dan Sumur Kotak, Jejak Awal Penyebaran Islam di Kudus |
![]() |
---|
Menziarahi Langgar Bubrah, Situs Sejarah Syiar Islam di Kota Kretek, Lebih Tua dari Menara Kudus |
![]() |
---|
Menengok Percetakan Alquran dan Kitab Menara Kudus, Berdiri Sejak 1952, Produktif Sampai Sekarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.