Cerita Kepala BKKBN Anak ke-8, Sering Makan Belalang dan Laron Cegah Stunting
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan Presiden Joko Widodo(Jokowi) memberikan target persoalan stunting.
Selain itu, Hasto mengingatkan setiap anak akan menghadapi fase pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berarti tinggi badan dan berat badan anak, sedangkan perkembangan terkait dengan motorik halus dan intelektual.
"Akhirnya apa anak stunting juga cenderung memiliki postur tubuh pendek, tetapi orang bertubuh pendek belum tentu stunting," kata Hasto.
Dokter spesialis kandungan ini juga menambahkan anak stunting identik tidak hanya gagal tumbuh tapi juga gagal berkembang.
"Tetapi kemampuan intelektualnya sudah pasti tidak dapat bersaing, nggak ada anak stunting jadi CEO, itu sudah pasti orang hebat semua," kata Hasto.
Tidak hanya pengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan menurut Hasto stunting ternyata bisa berdampak pada kesehatan di usia dewasa.
"Orang stunting kurang beruntung. Karena biasanya dia hari tuanya, usia 40 tahun ke atas cenderung alami sentral obesitas karena pendek," ujarnya.
Mengalami obesitas tentu dapat memunculkan penyakit lain. "Penyakit cardiovascular, jantung, tekanan darah, kencing manis. Stunting seperti itu," kata Hasto.
Lebih lanjut ia pun menjelaskan bahwa stunting merupakan situasi gagal tumbuh dan gagal berkembang. Tumbuh itu ukuran tinggi badan dan berat. Sedangkan berkembang, merupakan kemampuan intelektual.
"Itulah stunting, akhirnya apa, stunting itu pasti pendek. Pasti tidak punya kemampuan intelektual hebat kemudian satu lagi," paparnya.
Pria lulusan UGM Yogyakarta ini pun menyampaikan pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk menurunkan angka stunting yang saat ini masih berkisar 21,6 persen di Indonesia.
"Meskipun masih tinggi, kita juga tentu harus bersyukur karena tahun lalu angka stunting 24,4 persen sehingga sudah ada turun 2,8 persen didukung kementerian/lembaga mempercepat penurunan stunting," ucap Hasto.
Hasto bertutur untuk mencegah stunting harus menyentuh sebabnya ada faktor jauh, menengah, dan dekat sekali. Faktor jauh contohnya lingkungan, sanitasi, jamban dan daerah yang kumuh. Lingkungan yang tidak bersih ini membuat timbulnya penyakit TBC sehingga tumbuh kembang anak terganggu.
“Contoh menengah adalah tidak melakukan program keluarga berencana (KB) terlalu muda atau terlalu tua masih pengin hamil,” ungkap Hasto.
Hasto mengingatkan bahwa puncak kejayaan biologis adalah usia 32 tahun. “Begitu 35 tahun pengen hamil sama saja sudah menua tiga tahun, ibarat pohon sudah tua ingin berbuah,” katanya. Lalu, faktor paling dekat yakni makanan pentingnya protein hewani, obat vitamin, tablet tambah darah, ikan, dan telur. “Itu yang harus disentuh tiga faktor untuk mencegah stunting,” kata Hasto.
Pekerjaan Mulia
CEO Tribun Network Dahlan Dahi Terpilih Jadi Anggota Dewan Pers, Berikut Daftar Lengkapnya |
![]() |
---|
Platform Jual Beli Cenderaloka: Bantu Perajin Lokal dan UMKM Jual Produk hingga Pasar Internasional |
![]() |
---|
Masih Ada 2.367 Balita Tengkes di Kudus, Sekda Revli: Perlu Upaya Lebih Keras Lagi |
![]() |
---|
Survei Kesehatan Indonesia Stunting di Banyumas Capai 20,9 Persen, Pj Bupati: Mengkhawatirkan |
![]() |
---|
Dikukuhkan sebagai Ayah Asuh Anak Stunting, Irjen Pol Ahmad Luthfi: Kehormatan dan Tanggung Jawab |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.