Jejak Sejarah
Eksis Sejak Awal Abad 18, Kampung Melayu, Pemukiman Multietnis Pertama di Kota Semarang
Kampung Melayu Kota Semarang merupakan pemukiman kuno. Kampung Melayu sudah ada sejak awal abad 18.
Penulis: Budi Susanto | Editor: Muhammad Olies
Pada masa itu, muncul sejumlah jalan seperti Jalan Harun Tohir yang sekarang dikenal sebagai Jalan Layur, hingga jalur tegak lurus dengan Kali Semarang yang kini bernama Jalan Kakap.
Di awal abad 19 mulai berdiri bangunan-bangunan di sepanjang Jalan Layur. Hal tersebut nampak pada peta tahun 1800.
Masifnya pembangunan di Kampung Melayu dibarengi dengan berdirinya Masjid Menara pada 1802.
Masjid tersebut menjadi penanda banyaknya masyarakat keturunan Yaman, Pakistan dan Muslim India yang mendiami Kampung Melayu.
Tak hanya masjid, bangunan kelenteng juga mulai dibangun pada 1900 di wilayah tersebut.
Adanya land mark berupa masjid hingga klenteng di Kampung Melayu, menjadikan wilayah tersebut menjadi pumukiman multi etnis, karena didiami oleh masyarakat Arab, Cina, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, hingga Cirebon.
Kampung Melayu pun terus bertumbuh di abad 20. Kondisi tersebut ada pada dokumentasi foto berjudul Straat in Kampong Melajoe te Semarang, yang diambil oleh Hisgen pada 1915 hingga 1925.
Dalam foto lawas tersebut, bangunan di Kampung Melayu sudah terlihat kompleks. Bahkan Masjid Menara terlihat dikepung oleh bangunan-bangunan kokoh.
Meski demikian keelokan Kampung Melayu mulai tergerus di era 1970 an. Banjir dan rob acapkali menerjang wilayah tersebut.
Menurut Tatik (55) warga Kampung Melayu, mendekati tahun 1980 Kampung Melayu disapu banjir hingga ketinggian pinggul orang dewasa.
Kondisi itu membuat Jalan Layur dipenuhi kubangan lumpur hampir setiap hari.
Ia juga menyebutkan, di Kampung Melayu ada Pasar Ngilir, namun pasar tersebut hilang dan ditinggalkan.
"Tapi sebutan Dusun Ngilir sampai sekarang masih ada, lokasinya ada di dekat Kali Cilik. Cerita dari kakek saya, dulu Dusun Ngilir dan Kampung Melayu satu kesatuan dan ramai didatangi pendatang dari berbagai wilayah," terang Tatik, Senin (6/2/2023).
Sementara itu, Ferdianto (37) satu di antara penggiat sejarah Kampung Melayu menyebutkan, Kampung Melayu bisa dikatakan sebagai pemukiman multi etnis pertama di Kota Semarang.
Meski banyak yang hilang, namun peninggalan pemukiman multi etnis masih bisa dilihat sampai sekarang.
Jejak Komunitas Yahudi di Kota Semarang, Ada Makam di Bergota yang Usianya Hampir 100 Tahun |
![]() |
---|
Masjid Menara Kampung Melayu, Usianya 221 Tahun, Perpaduan Arsitektur Arab, Melayu dan Jawa |
![]() |
---|
Usia Hampir Satu Abad, Ini Sejarah Centrale Buzgerlijke Ziekewsichting yang Jadi RSUP Dr Kariadi |
![]() |
---|
Nestapa Pribumi Gegara Kebijakan Eigendom Era Kolonial, Kakek Jumani Harus Sewa Lahan Milik Sendiri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.