Berita Pendidikan
Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Tertua di Jepara, Didik Santri Berdisplin dan Melek Teknologi
Pondok Pesantren Rodlotul Mubtadiin Balekambang menjadi pesantren tertua di Kabupaten Jepara. Didirikan sejak 1884 oleh Hadlratus Syeh KH Hasbullah.
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Pondok Pesantren Rodlotul Mubtadiin Balekambang menjadi pesantren tertua di Kabupaten Jepara.
Didirikan sejak 1884 oleh Hadlratus Syeh KH Hasbullah.
Saat ini pesantren yang berlokasi di Desa Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari itu diasuh oleh generasi ketiga, yakni KH Ma’mun Abdullah. Beliau merupakan putera dari Abdullah Hadziq.
Apabila diurutkan, maka pesantren ini diasuh oleh Hadlratus Syeh KH Hasbullah.
Baca juga: Tiga Rumah di Jepangrejo Blora Alami Kebakaran, Penghuni Pergi ke Pasar, Lupa Mematikan Kompor
Kemudian diteruskan oleh puteranya KH Abdullah Hadziq.
Setelah KH Abdullah Hadziq wafat pada 1985, pesantren tersebut diasuh oleh KH Ma’mun Abdullah.
Saat ini sekira 2.500 santri menimba ilmu di pesantren tersebut.
Salah seorang pengurus ponpes tersebut, Nurudin Lubis menceritakan, ada banyak versi cerita bagaimana awal kedatangan KH Hasbullah ke Desa Gemiring Lor.
Satu di antaranya, karena pada zaman itu beliau dikejar oleh penjajah dan kemudian bisa sampai di Balekambang.
Setiba di tempat itu, ia mendirikan surau kecil dan masyarakat di sekeliling ikut mengaji.
KH Hasbullah sendiri, ujar dia, disebut-sebut dari Hadramaut, Yaman.
“Dari situlah cikal bakal Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang,” kata dia kepada TribunMuria.com, Senin (30/1/2023).
Sejak 1884 sampai 2002, Ponpes Balekambang menggunakan salaf murni. Berselang satu tahun kemudian muncul SMK kelas jauh.
Pada saat itu jumlah santri sekira 500-600.
Melansir dari laman pesantrenbalekambang.org, di bawah asuhan KH Ma’mun Abdullah, Ponpes Balekambang mengadopsi sistem pendidikan modern dengan ditandai membuka SMK jurusan elektronika.
Kemudian pada 2007, jurusan semakin bertambah dengan adanya Mekanik dan Tata Busana.
Seiring berjalannya waktu, jurusan semakin bertambah dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan serta jurusan Animasi dan Tata Boga.
Di samping itu Ponpes Balekambang juga membuha Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan Madrasah Aliyah (MA) yang dilengkapi fasilitas boarding dan pendidikan keterampilan.
Tak hanya itu, pada 2017 Ponpes Balekambang juga mendirikan Ma’had Aly (S1) dengan jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.
Berselang satu tahun kemudian Ponpes Balekambang mendirikan Politeknik Balekambang untuk jenjang studi D4 dengan jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, Administrasi Bisnis Internasional, dan Akuntasi Keuangan Publik.
Nurudin Lubis mengungkapkan, para pengasuh sering berpesan kepada santri bahwa semua santrinya ketika pulang ke kampung halaman masing-masing tidak harus menjadi kiai.
Namun, harus bisa menjadi apa saja, entah polisi, tentara, pengusaha, dan pegawai di lembaga. Untuk itu selama menimba ilmu di pesantren, para santri dibekali keahlian.
“Pengasuh Mbah Abdullah Hadziq dulu selain mengajar ngaji juga mengajari para santri untuk mengelola sawah. Kalau kemudian zaman bergeser pakai teknologi. Maka dari itu salah satu ikhtiar pengasuh menjadikan santri melek teknologi,” ujarnya.
Para santri, lanjut dia, selama berada di lingkungan pesantren dibentuk menjadi manusia-manusia disiplin.
Hal ini untuk membentuk karakter selama di pesantren.
Karena setelah lulus dari pesantren, para santri tersebut sudah memiliki kedisiplinan sehingga bisa bekerja di bidang mana saja.
Kedisiplinan itu diterapkan sejak santri bangun tidur dan akan tidur.
Para santri memulai aktivitas pukul 03.30 WIB untuk melaksanakan salat tahajut.
Kemudian dilanjutkan salat subuh berjemaah.
Lalu pada hari mereka bersekolah hingga pukul 13.00 WIB.
Kata Nurudin Lubis, selama di sekolah itu santri mempelajari ilmu-ilmu umum.
Setelah itu, sepulang sekolah pukul 13.30-15.00 WIB, santri belajar ilmu agama.
Kemudian pada malam hari, sejak bakda isya, santri mengaji kitab kuning hingga sekira pukul 21.00 WIB.
Baca juga: Pj Bupati Henggar Berharapkan Ada Penguatan Peran Remaja dalam Pengelolaan Masjid
Setelah mengaji kitab itu, santri bisa belajar hingga pukul 22.00 WIB.
Lebih dari jam itu bisa digunakan untuk istirahat atau tetap melanjutkan belajar.
Setelah itu, santri memiliki waktu belajar hingga pukul 23.00 WIB.
Lebih dari jam itu memasuki waktu istirahat.
“Kedisiplinan ini kemudian menjadi karaktaer. Sehingga nanti ketika berada di instistusi atau lembaga tidak perlu membangun karakter lagi karena sudah terbentuk,” tegasnya. (*)
| Profesor Satomi Ogata dari Jepang Beri Kuliah Umum soal Industri Halal di FEB Undip |
|
|---|
| Ferdinand Ungkap Kebijakan Kampus SCU: Mahasiswa Prioritas, Rektor Terakhir |
|
|---|
| STEBI Bina Essa Bandung Perguruan Tinggi Pertama di Indonesia Terima Pembayaran UKT Gunakan Kripto |
|
|---|
| Unida Kembangkan Penelitian Skema Wakaf Blended Finance untuk Dukung Pembiayaan SDGs di Indonesia |
|
|---|
| Sejarah Singkat PSHT, Arti Lambang Beserta Maknanya yang Penuh Filosofi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/PONPES-301.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.