Berita Kudus
Latah Digitalisasi, Fenomena Mengemis Online Menjamur di Media Sosial, Dinilai Cara Mudah Cari Cuan
Fenomena mengemis online yang saat ini sedang marak di media sosial seperti TikTok mendapatkan beragam respons tajam dari para ahli.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Fenomena mengemis online yang saat ini sedang marak di media sosial seperti TikTok mendapatkan beragam respons tajam dari para ahli.
Mengemis online sambil mandi lumpur dinilai adalah tindakan konyol yang menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan.
Fenomena ngemis online ini memperlihatkan video siaran langsung pemilik akun yang sedang bermandikan lumpur.
Biasanya, para pemilik akun mematok harga khusus untuk melakukan perintah dari penyawer, seperti mengguyur tubuh dengan lumpur ataupun berguling-guling di lumpur.
Baca juga: Perajin Batik Semarang Pamer Karya Masterpiece di Kota Lama, Ada Ratusan Helai Kain Bermotif Cantik
Selain itu, juga terdapat video siaran langsung yang memperlihatkan ibu-ibu mandi di kolam pada saat tengah malam, dan masih banyak lagi.
Ketika mendapat saweran berupa gift stiker, pemilik akun bisa menukarkannya dengan uang pada aplikasi tersebut.
Menanggapi munculnya fenomena ngemis online, Mohammad Khasan, Ahli Psikologi Sosial Dosen Universitas Muria Kudus mengatakan bahwa hal tersebut adalah bagian dari konformitas.
"Munculnya pengemis online yang membuat konten demi mendulang pundi-pundi rupiah ini bisa dikatakan Konformitas. Individu mengubah tingkah laku mereka untuk mengikuti norma sosial yang ada," jelasnya, Rabu (18/1/2023).
Saat ini, merebaknya konten kreator mengemis online lantaran bagian dari latah digitalisasi karena mampu mendatangkan keuntungan dan meningkatkan harga diri.
"Mungkin mereka berpikir karena bisa mengambil uang dari situs, kenapa harus bekerja. Fenomena ini biasanya musiman," katanya.
Terkait saweran, dia menambahkan bahwa arti tentang uang saat ini sudah berbeda dibandingkan lalu.
"Jika dulu untuk jual beli saja, saat ini bisa dijadikan untuk meningkatkan harga diri, uang sudah bukan tolak ukur lagi semakin banyak yang dibayar untuk melihat hal konyol akan meningkatkan harga diri," jelasnya.
Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah Sindir PNS yang Tak Profesional Bekerja: Netizen Mudah Lapor di Media Sosial
"Melihat hal konyol saja bisa membayar mahal apalagi yang bukan, begitupun juga sebaliknya, kan begitu," tambahnya.
Selain itu, juga ada beberapa konten ngemis online yang berbahaya seperti tantangan menghentikan truk yang sedang melaju.
Melihat fenomena tersebut, menurut Khasan para pelaku atau pembuat konten ngemis online tidak hanya orang miskin.
"Jadi yang dicari adalah pengakuan dari netizen jadi tidak hanya uang lagi sebagai tolak ukurnya, mereka merasa dihargai," tambahnya. (*)
| 1.500 Paket Sembako BRI Peduli untuk Warga Miskin Diserahkan Melalui Karang Taruna Kudus |
|
|---|
| TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Asa, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria |
|
|---|
| PCNU Kudus Kembalikan Dana Hibah Rp 1,3 Miliar dari Pemkab ke Kejari |
|
|---|
| Koleksi Melimpah, Museum Situs Purbakala Patiayam Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional |
|
|---|
| Siswa Belajar dalam Kondisi Cemas, Ruang Kelas di SD Ngembalrejo Kudus Rusak sejak Lama |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/MENGEMIS-181.jpg)