Berita Jateng

Melestarikan Wayang Potehi di Kota Semarang, Nova Riyanto Bersemangat Belajar Jadi Dalang

Nova Riyanto (16), remaja lulusan SMP di Kota Semarang ini tertarik menekuni wayang potehi.

Penulis: Budi Susanto | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/BUDI SUSANTO
Nova Riyanto saat memainkan wayang potehi di depan Kelenteng Hoo Hok Bio, Kawasan Pecinan Kota Semarang, Senin (9/1/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Nova Riyanto (16), remaja lulusan SMP di Kota Semarang ini tertarik menekuni wayang potehi.

Wayang potehi merupakan wayang khas Tionghoa  yang berasal dari negeri Tiongkok, dibawa para perantau di masa silam hingga berkembang menjadi satu kesenian di Nusantara.  

Nova Riyanto belajar memainkan wayang potehi pada Thio Haouw Liep (53), anak keempat mendiang dalang kondang wayang potehi yaitu Thio Tiong Gie.

Nova Riyanto pun bertekad ingin menjadi dalang wayang potehi ini.

Baca juga: Thio Haouw Liep Jaga Wayang Potehi di Tengah Gerusan Zaman, Sempat Jaya Era Kolonial 

Ia ingin kesenian tradisional ini akan lestari, terlebih jika ada generasi yang meneruskan.

Nova melihat wayang potehi pertama kali di Semawis Kota Semarang, beberapa tahun lalu.

"Awalnya melihat Pak Thio Haouw Liep tampil, saat itu saya tertarik. Kemudian saya menemui beliau agar diajarkan," paparnya.

Ditambahkannya, tak hanya ia yang berminat belajar menjadi dalang wayang potehi.

Beberapa rekannya juga berbondong-bondong datang ke tempat Thio Haouw Liep untuk belajar.

Hampir satu tahun ia bersemangat mendalami musik wayang potehi, dan beberapa bulan terakhir Nova belajar menjadi dalang.

"Kalau tidak ada yang meneruskan pasti wayang potehi hilang, wayang potehi bukan hanya boneka namun lebih ke pelestarian budaya," tutur pemuda tersebut.

Terbatas

Keberadaan seni wayang potehi ini diakui sangat terbatas. Thio Haouw Liep (53) berusaha meneruskan kiprah sang ayah sebagai dalang wayang potehi selepas meninggal pada 2016 silam.

Thio Haouw Liep menceritakan, Thio Tiong Gie, ayahnya mulai jadi dalang wayang potehi sebelum 1960.

Sang ayah juga berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengenalkan wayang potehi.

Namun sejak sang ayah tiada, tidak ada lagi yang meneruskan kiprah Thio Tiong Gie.

"Setelah ayah saya pergi, wayang potehi sempat berhenti satu tahun. Karena keluarga tak mau wayang potehi hilang, saya memberanikan diri untuk berlatih," tuturnya, Senin (9/1/2023).

Pada 2017, Thio Haouw Liep mulai memberanikan diri tampil membawakan wayang potehi di depan umum.

Berbekal pengalaman ikut sang ayah, Thio Haouw Liep sukses dalam penampilan perdananya.

Tak puas,  pria 53 tahun itu ingin wayang potehi bisa lebih berkembang luas. 

Di kemudian hari, ia merekrut anak-anak muda hingga anak putus sekolah untuk belanjar mengenai wayang potehi.

"Sampai sekarang ada belasan anak yang serius belajar mengenai wayang potehi. Selain belajar mengenai musiknya, beberapa juga ingin menjadi dalang," ujarnya.

Hal itu membawa angin segar bagi Thio Haouw Liep, kekhawatirannya tentang hilangnya wayang potehi pun sedikit sirna.

Ditambah lagi meredanya pandemi, membuat grup wayang potehi pimpinan Thio Haouw Liep mendapatkan order di beberapa tempat.

Thio Haouw Liep sangat berharap wayang potehi tetap bertahan meski di tengah gerusan zaman.

"Saya hanya ingin melestarikan budaya, jangan sampai wayang potehi hilang. Karena wayang potehi merupakan warisan budaya leluhur kami," paparnya.

Sejarah wayang potehi di Semarang

Di Kota Semarang, kesenian wayang potehi sudah dikenal di masa kolonial.

Bahkan media massa Hindia-Belanda, beberapa kali memberitakan mengenai kejayaan wayang potehi asal Kota Semarang.

De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad terbitan De Groot, Kolff & Co pada 19 Agustus 1899 misalnya.

Grup wayang potehi asal Kota Semarang diberitakan, akan menggelar pertunjukan di beberapa daerah seperti Batavia, yang kini Jakarta, hingga Surabaya.

Baca juga: Era Kolonial, Semarang Pakai Konsep Garden City ala Thomas Karsten, Ini Sisa Bangunannya

Tak hanya sekali, pada 28 Agustus 1954, Java-bode : nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, juga menuliskan mengenai wayang potehi asal Kota Semarang.

Grup wayang potehi Kota Semarang acapkali mengikuti acara amal untuk membantu masyarakat.

Meski kiprahnya di masa kolonial hingga pasca kemerdekaan tercatat apik, namun wayang potehi terus tergerus zaman. (*)
 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved