Berita Nasional
Eks Panglima Operasi GAM Pidie Ditunjuk Prabowo Jadi Ketua Gerindra Aceh, Ini Sosok Fahdlullah
Anggota DPR RI dari Partai Gerindra asal Dapil Aceh 1, Fahdlullah SE, ditunjuk Prabowo Subianto sebagai Ketua DPD Gerindra Aceh yang baru.
TRIBUNMURIA.COM - Anggota DPR RI dari Partai Gerindra asal Dapil Aceh 1, Fahdlullah SE, ditunjuk Prabowo Subianto sebagai Ketua DPD Gerindra Aceh yang baru. Mantan Panglima Operasi Aceh GAM Pidie ini menggantikan TA Khalid.
Informasi soal penggantian Ketua DPD Partai Gerindra Aceh ini mengejutkan publik di Aceh, karena berlangsung tiba-tiba, tanpa melalui proses musyawarah. Kepengurusan baru DPD Partai Gerindra Aceh ini dijadwalkan akan dikukuhkan di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh pada Selasa 20 Desember 2022.
Jagat maya juga heboh dengan kabar ini. Netizen juga bertanya sosok Fadhlullah yang ditunjuk oleh Prabowo Subianto untuk menahkodai Partai Gerindra Aceh ini.
Baca juga: Dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Ini Kondisi Terakhir Mantan Wapres Try Sutrisno
Baca juga: Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Pilih Rumah di Colomadu Karanganyar, Tanahnya Rp 10 Juta Per Meter
Baca juga: Taj Yasin Maimoen: Lulusan Mahad Aly Balekambang Jepara Bisa Kerja di Pemprov Jateng
Dari berbagai sumber yang dihimpun Serambinews.com, Fadhlullah mulai merintis karir politik formalnya setelah damai bersemi di Aceh. Sebelumnya, atau setelah menamatkan pendidikan menengahnya di MTsS Jeumala Amal Lueng Putu pada tahun 1996, Fadhlullah bergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kepiawaiannya dalam memimpin perang gerilya di wilayah Pidie yang merupakan pusat konflik bersenjata di Aceh, membuat dia dipercaya sebagai Panglima Operasi Aceh GAM Pidie. Jabatan komandan lapangan ini dia emban sejak tahun 1999 hingga 2004.
Untuk diketahui, Fadhlullah lahir dan besar di Teupin Raya, yang merupakan salah satu wilayah pusaran konflik bersenjata di Aceh. Di kawasan ini lah, Tgk Abdullah Syafii, panglima GAM paling legendaris bermarkas.
Seperti kebanyakan pejuang GAM, Fadhlullah ingin memperjuangkan kemerdekaan bagi Aceh yang semenjak menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1945, dinilai mengalami perlakuan tidak adil. Masyarakat Aceh jatuh dalam jurang kemiskinan, sebagian besar terjadi karena ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan antara pusat dan daerah.
Administrasi terpusat dari Orde Baru menimbulkan kekecewaan yang serius, terutama di kalangan elite Aceh, dimana Aceh menerima 1 persen dari perkiraan pendapatan nasional, sementara Aceh telah memberikan kontribusi 14 persen dari PDB Nasional.
Konflik bersenjata antara Aceh dengan Pemerintah Pusat ini, berakhir pada 2005 di meja perundingan di Helsinki, Finlandia, dengan harapan membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Setelah damai bersemi di Aceh, Fadhlullah kembali melanjutkan pendidikannya yang sempat terputus. Pada tahun 2005, dia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Darussa'adah Glumpang Tiga, Pidie (tamat tahun 2008).
Darah organisasi dan perjuangannya untuk kesejahteraan rakyat Aceh yang mengalir deras di dalam nadinya. Hal ini membuat dia mencoba perjuangan melalui jalur baru, yaitu jalur politis formal, sesuai dengan amanah MoU Helsinki.
Karir politiknya ini diawali dengan bergabung dalam kepengurusan Partai Aceh di Kabupaten Pidie pada tahun 2005. Partai Aceh ini adalah partai lokal yang dibentuk oleh para mantan kombatan GAM, dengan Ketua Umumnya dijabat oleh Muzakir Manaf (mantan Panglima GAM).
Keterlibatannya dalam Partai Aceh ini lah yang mengantarkan Fadhlullah menjadi anggota dari Partai Gerindra yang didirikan dan dipimpin oleh mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.
Untuk diketahui, menjelang Pemilu 2014, Partai Gerindra dan Partai Aceh menjadi mitra koalisi di Aceh.
Ketua Umum Partai Aceh Muzakir Manaf menjadi pembina bagi Partai Gerindra di Aceh.