Berita Kudus
Panel Surya SMK NU Ma'arif Kudus, Praktik Konkret Transisi Energi Terbarukan dan Media Edukasi
SMK NU Maarif Kudus telah menggunakan solar cell atau listrik tenaga surya (panel) surya untuk menerangi sekolah tersebut.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Dua siswa SMK NU Ma'arif Kudus tengah sibuk membersihkan panel di atap sekolah mereka saat terik tengah panas-panasnya pada Rabu (7/12/2022) siang.
Apa yang dilakukan kedua siswa tersebut merupakan perawatan rutin atas panel surya yang digunakan untuk penerangan sebagian sekolah mereka sekaligus menjadi media pembelajaran bagi siswa jurusan ketenagalistrikan.
Dua siswa tersebut bernama Muhammad Khoiruza Faisal dan Alan Fathan Nail.
Keduanya merupakan siswa kelas XI jurusan ketenagalistrikan.
Dengan dipandu guru teknik tenaga listrik mereka, Sumarno, selain membersihkan panel juga mengencangkan sejumlah baut di sisi panel.
Total ada 50 panel surya yang terpasang di atap SMK NU Ma'arif Kudus tepatnya di atap gedung teknik instalasi tenaga listrik.
Panel-panel jenis polycrystalline itu terpasang sejak 2020 dan kini mampu menghasilkan daya sebesar 6.600 Volt Ampere (VA) yang digunakan untuk penerangan sebagian sekolah tersebut selain menggunakan listrik dari PLN.
"Kalau pembelajaran ketenagalistrikan khusus untuk energi baru terbarukan khususnya tenaga surya suda sejak 2019, pada 2020 dipasang panel surya di atap sampai sekarang untuk menunjang pembelajaran dan penerangan sebagian sekolah," kata Sumarno.
Selain mengecek panel-panel tersebut, siswa juga diajak mengecek surya charger controller (SCC).
Alat itu digunakan untuk menampung daya listrik dari panas matahari yang ditangkap oleh panel surya, kemudian daya tersebut diisikan pada baterai atau aki.
Dari baterai tersebut daya listrik bisa digunakan untuk menghidupkan lampu.
Selama ini tenaga surya yang dikonversi jadi tenaga listrik di SMK NU Ma'arif Kudus rutin digunakan untuk penerangan lapangan sekolah.
Terhitung ada enam lampu lapangan dengan kapasitas daya yang dibutuhkan 300 watt.
Selain itu, lampu di penerangan di ruang teknik instalasi listrik sepenuhnya menggunakan tenaga surya.
Panel surya berikut peranti dukung hingga bisa digunakan daya listriknya merupakan praktik konkret atas pembelajaran ketenagalistrikan.
Dari situ siswa bisa mendapatkan pengalaman empiris akan pembelajaran ketenagalistrikan dari segi energi baru terbarukan.
Dari segala daya dukung pembelajaran tersebut, kata Sumarno, setidaknya siswa mendapatkan bekal bahwa energi listrik bisa didapat dari energi terbarukan, tidak harus bersumber dari energi fosil.
Siswa juga mengantongi kompetensi dasar perihal ketenagalistrikan, utamanya dari panas matahari yang diubah jadi tenaga listrik.
"Perihal tenaga listrik yang kemudian diubah jadi gerak, misanya untuk otomotif atau yang lainnya, itu tinggal pengembangannya. Yang penting siswa mengetahui dasarnya dulu," kata Sumarno.
Dari bekal belajar di bangku sekolah, kata Sumarno, siswa siap untuk mengaplikasikan ilmu kelistrikan dari energi baru terbarukan.
Sudah ada sekitar 60 siswa yang lulus dari jurusan tersebut, sedangkan saat ini yang masih belajar di jurusan ketenagalistrikan, ada enam kelas. Masing-masing kelas rata-rata siswanya 35 orang.
Perihal listrik yang bersumber dari tenaga surya, Muhammad Khoiruza Faisal, seroang siswa jurusan ketenagalistrikan kini sudah memahami seluk beluk berikut pengoperasiannya.
Mulai dari proses pemasangan panel surya berikut turunannya sampai bisa dimanfaatkan daya listriknya, siswa kelas XI itu setidaknya mampu mempraktikkannya.
"Dari panel surya sampai bisa digunakan untuk penerangan rumah atau gedung sudah memahami," katanya. (*)