Berita Jateng
Dua Kali Warga Indekos Tersandung Kasus Terorisme, Suparno Tak Ingin Terulang Lagi
Ketua Rt 7 Suparno mengakui jika pelaku pembom Polsek Astanaanyar belum melapor meski sudah menetap setahun di tempat kos di lingkungannya.
Penulis: Khoirul Muzaki | Editor: Raka F Pujangga
Karena kebutuhan tempat tinggal bagi pekerja cukup tinggi.
Baca juga: Imbas Bom di Astana Anyar Bandung, Polsek di Semarang Perketat Penjagaan, Periksa Setiap Tamu
Seperti halnya, AS yang bekerja sebagai juru parkir di sebuah warung makan di Kota Surakarta memilih ngekos di Desa Siwal.
Yusuf mengatakan, pihak yang harusnya memantau aktivitas para pendatang adalah ketua lingkungan atau RT.
Meski ia juga mengakui, tidak mungkin Ketua RT memantau aktivitas warga kos 24 jam.
“Kalau pemerintah desa tidak. Itu biasanya di lingkup RT setempat yang mendata dan mengawasi,”katanya
Dua kali didatangi Densus 88 karena kasus terorisme, ia mengkhawatirkan Desa Siwal mendapat label negatif (stigma) di masyarakat sebagai sarang teroris.
Padahal, menurutnya, mereka yang selama ini berurusan dengan Densus 88 hanya menumpang tinggal (ngekos) dan bukan penduduk asli Desa Siwal.
Di sisi lain ia mengkhawatirkan generasi di desa ikut terpengaruh pemikiran atau ajaran yang dibawa pendatang.
“Yang dikhawatirkan itu desa mendapat stigma. Kita juga mengkhawatirkan generasinya nanti bagaimana,”katanya
Sementara itu, Ketua Rt 7 Suparno mengaku AS belum melapor kepadanya meski sudah menetap setahun di tempat kos di lingkungannya.
Baca juga: Gerobak Pukis Terpasang di Depan Rumah Indekos Pelaku Bom Astanaanyar
Padahal harusnya setiap warga baru atau pendatang yang tinggal di kos melapor ke Ketua RT dengan membawa KTP/KK maupun Buku Nikah bagi yang sudah berkeluarga.
Belajar dari pengalaman ini, ia nanti akan lebih intensif mengawasi pergerakan warga kos. Pihaknya akan berkeliling dan mendata satu persatu warga kos yang tinggal di lingkungannya.
Sehingga identitas maupun aktivitas mereka bisa terpantau dan kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Nanti kita akan keliling,”katanya. (*)