Berita Kudus
Temukan Spesies Baru Cnemaspis Muria di Kudus, Peneliti: Teridentifikasi Populasinya 60 Ekor
Hewan endemik Muria bernama Cnemaspis Muria atau Cicak Batu ditemukan di wilayah Gunung Muria, Jawa Tengah.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Raka F Pujangga
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Hewan endemik Muria bernama Cnemaspis Muria atau Cicak Batu ditemukan di wilayah Gunung Muria, Jawa Tengah.
Spesies Genus Cnemaspis dunia tersebar di Benua Afrika, kawasan Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Untuk Asia Tenggara ditemukan di Vietnam, Cambodia, Laos, Thailand, Malaysia, Singapore dan Indonesia.
Baca juga: Banyak Kucing Jalanan Kelaparan Saat Musim Hujan, Pencinta Hewan Semarang Rajin Street Feeding
Di tahun 2018, Genus Cnemaspis pertama kali ditemukan di Pulau Jawa.
Yaitu di sisi Selatan Gunung Muria, Perbatasan Desa Kajar dan Colo.
Proses identifikasi spesies tersebut awalnya dilakukan oleh tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada beberapa waktu lalu.
LIPI berhasil mengindentifikasi karakteristik dari Cnemaspis Muria seperti bentuk tubuh, perilaku hewan, dan tempat dimana spesies tersebut ditemukan.
Untuk melanjutkan identifikasi tersebut, Green Comunity & Muria Research Center Indonesia (MRC INA) kembali melakukan identifikasi terkait hewan reptil tersebut.
Tujuan identifikasi yang dilakukan oleh Green Comunity dan MRC INA untuk mencari tahu jumlah populasi spesies, distribusi atau persebaran hewan, ancaman yang mengganggu spesies hingga kesadaran masyarakat lokal.

Lantaran hewan tersebut tergolong spesies baru, masih terdapat kesulitan di antaranya data yang didapat kurang lengkap hingga potensi ancaman.
Luthfian Nazar, Ketua Tim Peneliti menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan survei di semua sisi Gunung Muria meliputi Kabupaten Jepara, Pati, dan Kudus untuk mengetahui keberadaan spesies.
"Hingga saat ini, dari 12 sungai yang disurvey. Keberadaan spesies tersebut baru ditemukan di titik penemuan awal yaitu Sungai Ceweng Perbatasan Colo dan Kajar" jelasnya, Selasa (6/12/2022) di Omah Jelita Resto saat sedang memaparkan hasil penelitian.
Kondisi sungai bebatuan, dengan volume air yang tidak banyak namun dipinggiran ada pasir ataupun tempat kering. Dikanan kiri sungai terdapat tanaman-tanaman kopi.
Masih belum jelas kenapa Sungai Ceweng menjadi tempat favorit reptil yang hidupnya bersifat solitaire itu.

"Mungkin karena kelembapan, ataupun jenis batu-batunya. Di sungai yang karakteristiknya sama dengan Sungai Kajarpun tidak ada cicak tersebut. Hanya di Sungai Kajar kami menemukan," katanya.