Berita Kudus
Meriahnya Kirab Festival Pager Mangkok di Piji, Warga Berbagi Makanan Berbungkus Daun Pisang
Meriahnya Kirab Festival Pager Mangkok di Dusun Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kudus. Warga Berbagi Makanan Berbungkus Daun Pisang
Penulis: Saiful MaSum | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Ratusan warga Dusun Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus kembali menggelar kirab budaya bertemakan festival Pager Mangkok, Jumat (25/11/2022).
Kali ini, kirab diikuti kurang lebih 400-an warga Piji Wetan disertai doa dan tahlil bersama.
Terdapat sebuah gunungan, makanan yang dikemas dalam mangkok, dan ratusan bungkusan makanan yang dikemas dengan daun pisang ikut serta dibawa dalam kirab.

Semuanya dibagikan kepada masyarakat sebagai implementasi arti Pager Mangkok.
Koordinator Kampung Budaya (Ketua Festival) di Piji Wetan, Muchammad Zaini mengatakan, festival ini merupakan yang kedua kalinya, setelah diselenggarakan pertama kali pada 2021 lalu.
Dia menjelaskan, festival ini bagian dari nguri-uri budaya ajaran Mbah Sunan Muria terkait pager mangkok.
Baca juga: Festival Pager Mangkok dari Falsafah Sunan Muria, Tumbuhkan Semangat Bersedekah Warga Piji Kudus
Istilah Pager Mangkok sendiri dikenal dengan makna bersedekah antar sesama warga yang diimplementasikan dengan berbagi makanan.
"Piji Wetan ada tradisi, di mana orang hajatan memberikan sedekah kepada warga lain. Festival ini yang kedua kalinya, pertama pada tahun kemarin," terangnya.
Zaini menambahkan, dalam festival ini, setiap warga Piji Wetan membawa nasi untuk dibagikan kepada warga lain serentak.
Ritual Pager Mangkok dipusatkan di Punden Depon Dusun Piji Wetan, diteruskan pengajian umum pada malam harinya.
Sementara gunungan yang berisi buah-buahan dan hasil bumi warga sekitar sebagai simbolis dalam rangka menyemarakkan kirab budaya.
"Nasi ini sebagai implementasi dari Pager Mangkok. Isinya sederhana, terdiri dari nasi, sambal goreng, mie, dan tahu-tempe."
"Bungkusan nasi kemudian dibagikan kepada masyarakat yang mengikuti festival," ujarnya.
Zaini berharap, festival dalam rangka nguri-uri budaya ini terus berjalan dengan baik setiap tahunnya di Dusun Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Hidupkan tradisi sedeka ajaran Sunan Muria

Sebelumnya diberitakann, Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) Kudus akan menyelenggarakan Festival Pager Mangkok.
Kegiatan ini akan berlangsung pada 25 - 27 November 2022 di Dukuh Piji Wetan Desa Lau, Dawe Kudus.
Festival Pager Mangkok merupakan agenda tahunan yang diinisiasi oleh KBPW untuk menumbuhkan kembali ghirah atau semangat bersedekah di masyarakat.
Gelaran Festival Pager Mangkok pada tahun lalu, di Piji, Kudus. (Dok KBPW)
Melalui dua falsafah hidup Sunan Muria, yakni tapangeli dan pager mangkok, KBPW ingin menunjukkan pentingnya bersedekah bagi masyarakat luas.
Serangkaian agenda digelar untuk memeriahkan Festival Pager Mangkok kedua ini.
Mulai dari kirab dan ritual doa pager mangkok di Punden Depok sebagai agenda inti Festival Pager Mangkok.
Tak hanya itu, juga ada pameran seni baik Kaligrafi, art print, lukisan hingga instalasi.
Lebih dari 17 kelompok seni akan menampilkan pertunjukan seni dan memamerkan produk-produk UMKM lokal dari kecamatan Dawe dan sekitarnya.
Untuk pengembangan kebudayaan berbasis desa, akan diadakan Workshop kebudayaan dengan tema "Satgas Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat".
Sebagai puncak acara Festival Pager Mangkok, akan ada pengajian akbar yang diharapkan akan membawa berkah dan doa baik di peringatan ulang tahun KBPW kedua ini.
Koordinator Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, Muchamad Zaini berharap dengan adanya Festival Pager Mangkok #2 ini, masyarakat kembali menghidupkan makna bersedekah.
Sehingga, konsep Jogo Tonggo yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah benar-benar terlaksana dengan baik.
"Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelenggaraan festival pager mangkok nantinya," ucap laki-laki yang akrab disapa Jessy Segitiga, saat dikonfirmasi, Rabu (23/11/2022).
Jessy menambahkan, sudah saatnya masyarakat, generasi muda, pegiat seni dan lainnya yang menjadi subjek atau penggerak dalam pemajuan kebudayaan desa.
"Ini hari masyarakat perlu sadar bahwa banyak program yang bisa dilakukan untuk memajukan kebudayaan desa, masyarakat harus menjadi subjek, bukan lagi objeknya," terangnya.
46 desa di Kudus miliki Satgas Adat Istiadat
Terpisah, 46 desa dari 123 desa di Kabupaten Kudus memiliki Satuan Tugas (Satgas) Adat Istiadat.
Satgas tersebut dibentuk oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Kudus yang bertugas membantu setiap desa dalam mengembangkan potensi budaya yang dimiliki.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat pada Dinas PMD Kudus, RR Lilik Ngesti Widyasuryani mengatakan, satgas ini juga bertugas untuk memberikan fasilitas kepada desa dalam mengembangkan perekonomian melalui budaya.
Artinya, mereka bertugas mengakomodir potensi budaya di masing-masing desa dan mengexplore setiap potensi yang ada.
"Dari 123 desa di Kabupaten Kudus, 46 di antaranya sudah memiliki satgas adat istiadat. Termasuk Desa Kaliputu, Kecamatan Kota," terangnya usai Sosialisasi Budaya Desa Adaptif di Hotel @Hom Kudus, Rabu (23/11/2022).
Menurutnya, dengan adanya satgas adat istiadat, bisa memudahkan pemerintah daerah dalam menciptakan desa yang adaptif terhadap budaya.
Satgas adat istiadat ini merupakan kumpulan masyarakat yang khusus bergerak dalam bidang pelestarian, pengembangan, dan kemajuan adat istiadat.
Juga nilai sosial budaya yang bergerak dari desa, oleh desa, dan untuk desa.
Lilik menjelaskan, ada lima unsur masyarakat yang tergabung dalam satgas. Meliputi, pemerintah desa, tokoh masyarakat, budayawan, tokoh perempuan, dan generasi muda.
Menurut dia, kelima unsur tersebut harus terpenuhi, mengingat saat ini berada dalam era serba teknologi, sehingga membutuhkan keberadaan remaja yang cakap dan terampil.
"Dalam mengembangkan potensi budaya bernilai ekonomi, kami memiliki 5 langkah strategis."
"Meliputi, brand, regulasi, penggalian, pengakuan, serta pelestarian dan pengembangan," ujarnya.
Dia menyebut, pelestarian dan pengembangan bisa digali melalui mata pelajaran muatan lokal di sekolah atau ekstrakurikuler, pemutaran film, seminar, hingga workshop atau pelatihan.
Dalam tiga tahun ke depan, lanjutnya, dinas akan mendampingi desa-desa dalam mengembangkan potensi budaya masing-masing.
Pihaknya mendorong agar setiap desa di Kudus memiliki satgas adat istiadat, guna mempermudah dinas dalam menyampaikan langkah-langkah strategis pengembangan ekonomi desa.
"Harapan kami, dengan budaya masyarakat bisa hidup. Tidak ada lagi stereotip bahwa budayawan itu tidak bisa menghasilkan uang," katanya. (Sam)