Berita Kudus
Banyak Komentar Tak Pantas Beredar di Medsos, Muhaimin Ingin Kader HMI Santun Bermedia Sosial
Muhaimin ingin kader-kader HMI Kudus santun dalam bermedsos. Saat ini, Muhaimin, menilai banyak berseliweran kata-kata kotor dan tak pantas di medsos.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kudus menilai, saat ini ruang komentar di media sosial (medsos) tidak jarang ditemui kata-kata kotor maupun umpatan yang dinilai tidak pantas.
Karena itu, kader HMI Kudus diminta santun dalam bermedia sosial.
Ketua HMI Cabang Kudus, Muhammad Muhaimin, mengatakan, saat ini para pemuda mengalami degradasi moral di media sosial.
Hal itu bisa dijumpai pada banyak komentar maupun unggahan di media sosial yang dinilai kurang pantas.
Latar belakang itulah yang kemudian membuat HMI menggelar seminar kepemudaan yang berlangsung di aula pertemuan Mubarok Food Kudus, Kamis 3 November 2022, temanya Karakter Toleran di Ruang Digital pada Kalangan Pemuda guna Meningkatkan Rasa Kesatuan dan Persatuan Bangsa.
Peserta seminar ini lebih dari 100 kader HMI Cabang Kudus.
"Minimal bagi kader HMI bisa menciptakan ruang digital yang santun," katanya.
Dalam seminar tersebut hadir pula Ketua DPD Nasdem Kudus, Superiyanto.
Dia menilai bahwa kegiatan seminar akan sangat bermanfaat untuk membentuk karakter generasi muda dalam membangun bangsa.
"Sangat baik sekali, ini sangat perspektif sekali terkait dengan mendidik pemuda agar menjadi masyarakat yang cerdas dan santun," tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI yang juga Politisi Nasdem, Lestari Moerdijat menyampaikan dalam sambutannya mengajak para pemuda untuk ikut ambil peran dalam menggunakan teknologi digital.
Hal yang dimaksud adalah menjelaskan kepada publik bagaimana digitalisasi dapat membangun toleransi itu sendiri.
"Kami paham sekali kemajuan teknologi menciptakan ruang keterhubungan atau biasa dikenal interconncetedness."
"Pola komunikasi melalui gawai menghadirkan satu pola baru dalam relasi manusia yakni ketergantungan," ujarnya secara virtual.
Lestari menekankan bahwa perkembangan teknologi harus bisa memperkuat pola pikir berkebangsaan, berkehidupan, serta membangun karakter yang toleran peduli dan setia kawanan.
"Kita semua juga harus mengerti makna bhineka tunggal ika bagi kita semua, dalam berbangsa dan kehidupan sehari hari membangun toleransi," pesannya.
Sementara itu, Asisten Deputi Peningkatan IPTEK dan dan IMTAQ Pemuda sekaligus Narasumber Seminar Kepemudaan, Amar Ahmad memberikan pengertian bahwa moderasi beragama di kalangan pemuda sangatlah penting.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2021, sekitar 64,92 juta jiwa penduduk Indonesia atau setara 23,90 persen penduduk Indonesia 23,90 berada dalam kelompok umur pemuda.
"Jumlah pemuda yang tinggi tersebut, tentunya memiliki dampak terhadap masa depan Indonesia," katanya.
Jika pemuda dipersiapkan dan dibina dengan baik, lanjut Amar, maka dapat menjadi potensi untuk ikut serta memajukan Indonesia melalui partisipasi aktif dalam proses pembangunan.
Sebaliknya, pemuda dapat menjadi ancaman dan hambatan pembangunan bangsa jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal.
"Oleh karena itu, penting untuk membangun pemuda agar memahami dan menyikapi dengan bijak perubahan lingkungan strategis, baik domestik maupun global serta mencegah dan menangani risiko," katanya. (*)