Tragedi Kanjuruhan
Kesaksian Aremanita Blora Selamat dari Tragedi Kanjuruhan: Tangis Pecah Lihat Tubuh Anak Tergelak
Aremanita asal Cepu, Blora, Dewi Nurhayati, memberikan kesaksian Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Banyak tubuh bergelatakan di lantai stadion.
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Yayan Isro Roziki
Kesaksian Dewi Nurhayati, Aremanita asal Kecamatan Cepu, Blora, penyintas Tragedi Kanjuruhan. Banjir tangis, lihat tubuh-tubuh bergelatakan di lantai stadion. Seperti apa kisahnya?
TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Sorot mata Dewi Nurhayati kosong, seperti kosong, tak kuasa menahan ingatan menyakitkan.
Sesekali ia terisak, tak kuasa menahan tangis, saat menceritakan peristiwa kelam di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam itu.
Dewi Nurhayati adalah Aremanita asal Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, penyintas Tragedi Panjuruhan, yang menewaskan 131 orang penonton.
Baca juga: Aksi Solidaritas Tragedi Kanjuruhan Fans Bayern Muenchen, Bentangkan Spanduk Berisi Pesan Menohok
Baca juga: Tiga Hal Penting dari Tinjuan Jokowi ke Stadion Kanjuruhan, Sama Sekali Tak Singgung Gas Air Mata
Baca juga: Temuan Komnas HAM: Kerusuhan Kanjuruhan Tak Ditimbulkan Suporter, Pertanyakan Dalih Aparat
Dituturkan, pasca-pertandingan Arema vs Persebaya selesai, penonton masih bertahan di tribun, karena pintu keluar masih terkunci, belum dibuka.
Tak lama kemudian, aroma kerusuhan mulai tercium. Ia tak tahu persis apa yang terjadi, sehingga beberapa saat kemudian, petugas menembakkan gas air mata ke arah tribun.
Kala itu, ia berada di tribun 3 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Meski gas air mata telah mulai ditembakkan, ia tak berani turun, lantaran pintu keluar belum dibuka.
Pada sekitar pukul 22.30 WIB, begitu ada informasi pintu keluar dibuka, ia memberanikan diri untuk pelan-pelan turun.
Saksikan tubuh-tubuh tergelatak
Saat turun dari tribun menuju pintu keluar itulah, pemandangan mengerikan ia saksikan.
Banyak tuuh Aremania maupun Aremanita tergeletak begitu saja di lantai. Entah mereka masih bernyawa atau tidak.
Tak hanya tubuh orang dewasa, Dewi juga menyaksikan tubuh anak kecil yang tergolek tak berdaya di lantai.
"Saya lihat di depan mata saya sendiri saat mau keluar di pintu tiga, ada cukup banyak yang tergeletak, ada anak kecil, perempuan saya tidak tahu itu pingsan atau bagaimana kondisinya."
"Saya berjalan keluar sambil nangis dan sedih," ucap Dewi Nurhayati saat ditemui wartawan di Kantor Kecamatan Cepu, Rabu (5/10/2022) kemarin.
Hati Dewi seolah teriris menyaksikan pemandangan masygul itu. Namun apa daya, ia tak mampu berbuat apa-apa.
Untuk menyelamatkan diri saja, ia sudah kepayahan. Tenaganya sudah habis terkuras.
"Gak berani menolong, saat itu yang ada di pikiran saya bagaimana saya bisa menyelamatkan diri, karena saat itu di luar juga masih terdengar suara tembakan," jelas Dewi.
Beruntung, di tribun yang ditempatinya meski ditembaki gas air mata, tapi tidak sebanyak di tribun 13.
Saat penembakan tersebut ia dan beberapa kawannya sebenarnya ingin keluar stadion.
Namun pintu gerbang masih tertutup dan belum dibuka oleh petugas.
"Biasanya kalau pertandingan selesai pintu dibuka, saat itu masih tertutup," terang Dewi.
Aremanita yang juga kuliah di STTR Cepu tersebut menahan diri untuk tetap di atas tribun sambil menunggu keadaan kondusif.
Dewi mengaku di tribun yang ditempatinya juga sempat ditembak gas air mata oleh petugas pengaman.
Kedua matanya merasakan perih dan sedikit sesak saat bernapas.
"Di tribun tiga juga ada tembakan (gas air mata, red) tapi tidak seperti di tribun 13, rasanya perih dimata," ungkap Dewi.
Dirinya melihat masih ada tembakan gas air mata saat sudah di luar Stadion.
Kemudian ia berlari untuk menyelamatkan diri.
"Hingga sekitar jam 02.00 WIB pagi saya dan beberapa teman baru bisa berkumpul di mobil elf dan kembali ke Cepu (Blora)," pungkas Dewi.
Pesan menohok suporter Muenchen
Tragedi Kanjuruhan di Malang pada Sabtu 1 Oktober 2022, yang menelan 131 korban jiwa, menjadi sorotan dunia internasional.
Utamanya, dari para insan pecinta sepak bola. Tak terkecuali para fans klub Jerman, Bayern Muenchen.
Suporter The Bavarians, membentangkan spanduk berisi pesan menohok saat pertandingan Bayern Muenchen vs Viktoria Plzen, dalam matchday ketiga Grup C Liga Champions 2022-2023 di Allianz Arena, Selasa (4/10/2022) malam WIB.
Barisan suporter Muenchen membentangkan spanduk bertuliskan 'MORE THAN 100 PEOPLE KILLED BY POLICE!' (Lebih dari 100 orang dibunuh oleh polisi!).
"Mengenang kematian di Kanjuruhan," demikian akhir isi tulisan tersebut.
Pesan menohok dari fans Bayern Muenchen, klub papan atas di Eropa itu, viral di media sosial (medsos).
Pesan menohok itu merupakan ekspresi dan aksi solidaritas dari suporter sepak bola di Eropa terhadap Aremania, khususnya korban Tragedi Kanjuruhan.
Diketahui, 131 nyawa melayan dalam kerusuhan dalam Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, setelah pertandingan akbar Arema vs Persebaya, dalam laga lanjutan Liga 1 2022-2023.
Tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa sepak bola mematikan nomor dua di dunia setelah insiden Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 1964.
Pemain dan penonton sepak bola Eropa heningkan cipta
Saat pemain dalam pertandingan Muenchen vs Viktoria Plzen mengheningkan cipta selama satu menit sebelum kick-off laga, para suporter Die Roten membentangkan dua spanduk dengan tulisan berwarna hitam dan merah.
Spanduk itu berisikan pesan kepada seluruh pihak untuk mengenang korban Tragedi Kanjuruhan.
"Mengenang kematian di Kanjuruhan," demikian akhir isi tulisan tersebut.
Aksi solidaritas yang dilakukan fan Bayern Muenchen itu kini tengah viral di kalangan pencinta sepak bola Tanah Air.
Isi pesan dari dua spanduk itu juga menjadi perbincangan luas di media sosial. (kim)