Berita Jepara
Perupa Jepara Belajar Merespons Lingkungan dengan Mengusung Karya Seni
Lima puluh lebih seniman rupa atau perupa di Kabupaten Jepara mempelajari gaya berkarya dengan merespons lingkungan.
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Lima puluh lebih seniman rupa atau perupa di Kabupaten Jepara mempelajari gaya berkarya dengan merespons lingkungan.
Dua perupa ternama dihadirkan dari Yogyakarta untuk berdiskusi dengan para perupa Jepara.
Dua seniman itu adalah Anusapati dan Iwan Wijono.
Keduanya membagikan ilmu tentang environmental art atau seni lingkungan dalam agenda Master Class Pengkaryaan.
Ini merupakan agenda menuju Jepara Environmental Art Bennale (JEAB).
Baca juga: Sucipto Nelayan Tegal Ingin Peroleh Jaminan Ketenagakerjaan, Biar saat Melaut Tenang
Baca juga: Oknum ASN Kudus, Tersangka Penyalahgunaan Solar Subsidi, Kini Diberhentikan Sementara Pemkab
Ketua Panitia JEAB, Taufiqurrohman, menyampaikan bahwa master class ini diagendakan untuk memantik munculnya wacana-wacana seni berbasis lingkungan.
Alasannya, lingkungan di Kabupaten Jepara banyak memiliki magnet untuk dituangkan menjadi sebuah karya seni rupa.
“Menuju JEAB ini, kami berharap kita bisa mendapatkan inspirasi untuk merespon kondisi lingkungan di Jepara. Lalu menjadikannya sebagai karya,” kata Taufiq, Selasa (6/9/2022).
Sementara itu, Sekretaris Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Jepara, Rhobi Sani, menegaskan bahwa gagasan untuk mengadakan even JEAB harus berjalan dengan sukses.
Salah satu jalannya yaitu dengan memunculkan karya-karya seni rupa yang bernilai tinggi.
Dalam pemaparannya, Anusapati, menyatakan bahwa Jepara memiliki sejarah panjang dan potensi kebudayaan yang besar.
Untuk itu, mestinya karya-karya seni rupa berbasis environmental art bisa muncul lebih banyak dan besar.
“Seniman-seniman Jepara, dari dulu terkenal sangat kritis kalo soal lingkungan,” kata dosen Seni Murni Institute Seni Indonesia Yogyakarta ini.
Anusapati menampilkan sejumlah contoh karya environmental art. Seperti instalasi yang dibuat atau disusun dari benda-benda di lingkungan yang mengalami kerusakan.
Selain itu, ditampilkan pula karya seni rupa dari tumbuh-tumbuhan yang rusak.