Berita Jateng
Harga Tembakau Terjun Bebas pada Termin Kedua Pabrikan, Petani di Temanggung Resah
Harga tembakau di Temanggung anjlok di tengah panen raya tembakau. Pada termin kedua, pabrik memebli tembakau petani hanya seharga Rp30.000 - Rp40.000
TRIBUNMURIA.COM, TEMANGGUNG – Petani tembakau di Temangung dihantui rasa cemas, di tengah panen raya tembakau pada tahun ini.
Musababnya, harga tembakau di tingkat pabrikan, pada termin kedua ini, anjlok jauh dari ekspektasi petani.
Pada termin kedua, pabrikan hanya menghargai tembakau petani di kisaran Rp30.000 - Rp40.000 per kilogram.
Sekretaris DPC Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Yamuhadi, mengatakan harga tembakau yang terjun bebas ini membuat resah petani tembakau.
Menurutnya, sejauh ini pihak pabrikan memang membuka dua termin pembelian tembakau para petani.
Di mana pada sesi pertama pembelian, harga tembakau petani masih dibanderol dengan rasio standar yang dinilai masih rasional.
Namun, di sesi kedua tahapan pembelian, petani merasa masalah standar harga justru sudah tidak proposional alias sangat timpang.
Yakni hanya pada rentang kisaran Rp30.000 sampai Rp40.000 saja per kilogramnya.
“Memang selama ini ada dua sesi pembelian tembakau petani oleh pihak industri."
"Pas pertama harganya memang masih mengikuti harga pabrikan, namun setelah jeda beberapa saat (ditutup-red) dan dibuka lagi pada sesi ke dua, harganya sudah tidak rasional dan tidak layak bagi petani alias di bawah standar,” jelas Yamuhadi, dalam keterangannya, Kamis (25/8/2022).
Bukan tanpa alasan, Yamuhadi membeberkan, berdasar perhitungan matematis analisa usaha, setiap 1 hektare lahan tanaman tembakau petani harus mengeluarkan biaya minimal Rp70 juta.
Sehingga dengan asumsi tingkat produktifitas panen di angka 650 sampai 750 kilogram per hektare nya, minimal harga jual tembakau yang ideal bagi mereka adalah pada rentang Rp80.000 sampai Rp100.000 atau lebih setiap kilogramnya.
“Kami berharap pihak petani juga memperoleh margin keuntungan dari penjualan hasil panenan tembakau kepada pabrikan, karena perhitungan biaya yang kami keluarkan serta kuantitas hasil panen juga sudah bisa diperkirakan,” harapnya.
Ganjar gagas tobacco center
Terpisah, sebelumnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menggagas tobaco center untuk mengatasi masalah pertembakauan di Tanah Air.
Ganjar mengatakan perkembangan bisnis tembakau dan rokok selalu bertemu masalah yang sama dari tahun ke tahun.
Menurutnya seluruh pihak, baik pembuat kebijakan, petani, dan industri harus duduk bersama.
Ia menjelaskan problem yang selalu ditemui setiap tahun adalah ketika panen penjualannya seperti apa.
Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi dengan industri. Sementara industri ketika berjualan produk membutuhkan regulasi.
"Ada PP yang mengatur tentang tembakau. Selalu biasanya ramai kebijakan cukai."
"Ini yang hari ini menurut saya antara pembuat kebijakan, di hulunya ada petani, di tengahnya ada industri, ini musti duduk bareng karena ini menarik," kata Ganjar seusai mengunjungi gudang tembakau pabrik rokok Gudang Garam dan Djarum di Temanggung, Selasa (9/8/2022).
Persoalan itu selalu menjadi pembahasan hangat. Padahal bisnis tembakau dan rokok sudah ada sejak ratusan tahun bahkan sebelum Republik Indonesia berdiri.
Negara juga selama ini mendapatkan penghasilan dari bisnis tersebut.
"Sisi lain ada yang tidak setuju, maka orang bicara kesehatan. Sisi lain makin banyak perusahaan kita diambil orang."
"Ini kan fenomena maka kita barusan ngobrol ternyata ada impor kretek, ah yang benar ini?"
"Saya kira kebangetan sekali kalau negara ini impor rokok kretek. Kaya tidak bisa buat sendiri," katanya.
Melalui obrolan dengan petani dan industri rokok, Ganjar mengaku selalu mendapatkan perkembangan terkini terkait hubungan petani dan pabrik selaku pembeli hasil panen.
Ia ingin relasi yang susah terjalin baik di Jawa Tengah bisa terus berjalan beriringan.
"Kalau kemudian politik rokok sedang berubah ya mari kita ikut, kita imbangi perubahan itu, jangan mudah menyerah."
"Jangan kemudian semua bicara, ini bisnis yang mungkin tidak bagus dari sektor lain tapi yang lain mendesakkan kekuatan masuk kepada kita semua. Kita musti waspada soal itu," jelas Ganjar.
Ganjar juga mendorong adanya tobacco center sebab ada kekuatan yang ingin menghilangkan hulu industri tembakau.
Misalnya petani tembakau yang ingin dihilangkan dengan diganti komoditas lain seperti kopi.
Nantinya, tobacco center juga bisa menjadi pusat riset tentang tembakau secara mendetail.
Mulai dari pengembangan benih, jenis tembakau, penanaman, Hinga produktivitas dan lainnya.
"Kalau perlu tempat lelang tembakau dunia itu dikuasai kita. Itu baru kita hebat."
"Tidak harus kita pakai sendiri tetapi pangsa dunia yang bagus bisa kita gunakan."
"Kita punya kekuatan itu. Ada gunung dan biasanya gunung-gunung itu menyediakan ruang yang bagus untuk jenis tanaman ini," ungkap Ganjar.
Bagi Ganjar, kondisi geografis Indonesia memilik banyak tempat yang menyediakan lahan bagus untuk tanaman tembakau.
Misalnya di Jawa Tengah ada Temanggung yang menjadi idola.
Belum lagi di wilayah lain seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Utara, Bali, sampai USA Tenggara Barat.
"Tempat-tempat bagus ini menurut saya bagian yang musti kita atur, kita didik, kita edukasi, dan kita siapkan."
"Tobacco center menjadi tempat yang penting sehingga mungkin kita tidak menggunakan semua tetapi ketika negara lain menggunakan kenapa tidak kita yang suplai, bukan kita yang impor. Dibalik politiknya. Terbaik menurut saya," tegas Ganjar. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/jual-beli-tembakau-di-pabrik.jpg)