Berita Kudus

80 Anak Difabel Kudus Jadi Model dalam Peragaan Busana Taman Krida, Berjalan di atas Karpet Merah

80 anak difabel Kudus berlenggak-lenggok di atas catwalk karpet merah, dalam peragaan busana yang digelar di Taman Krida Kudus

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rifqi Gozali
Aksi anak difabel saat bejalan di atas karpet merah dalam peragaan busana di Taman Krida Kudus, Senin (15/8/2022). Kegiatan ini sekaligus memeringati HUT ke-77 RI. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Sejumlah difabel dari berbagai sekolah luar biasa (SLB) dan pusat terapi di Kudus unjuk kebolehan dalam peragaan busana di Taman Krida Kudus, Senin 15 Agustus 2022.

Ajang peragaan busana tersebut merupakan even khusus untuk para difabel unjuk kebolehan.

Hal itu sekaligus memeriahkan HUT ke-77 Republik Indonesia bertajuk Gebyar Kemerdekaan Anak Eksklusif.

Inisiator kegiatan tersebut, Heni Mustikaningati, mengatakan kegiatan tersebut diikuti sekitar 80 difabel.

Mereka merupakan siswa dari berbagai SLB, misalnya SLB Purwosari, SLB Kaliwungu, SPB Cendono, SLB Sunan Muria, Rumah Terapi Darul Fathonah, dan Lentera Hati.

Dalam kegiatan tersebut anak-anak difabel unjuk keterampilan memeragakan busana yang dia pakai.

Masing-masing melenggak-lenggok lengkap dengan busana adat Nusantara di atas karpet merah sebagai catwalk.

Para guru atau pendamping mereka turut serta sibuk mengarahkan agar anak-anak bisa bergaya layaknya model.

Sebelumnya ada juga pentas musik. Pemain musiknya yakni tunanetra. Satu di antaranya Arinal Azka Firmansyah.

Remaja berusia 18 tahun yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA di SLB Purwosari tampak piawai memainkan gendang.

Alunan gendang dari tabuhan tangannya begitu tepat dan serasi saat mengiringi lagu berjudul Cuma Kamu. Penonton pun ikut larut saat mereka tampil.

Selain piawai menggendang, Azka ternyata juga piawai qiraah.

Belakangan dia menjadi juara dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Jawa Tengah dalam seni bana Alquran golongan tunanetra.

Dia akan mewakili Jateng dalam MTQ nasional yang akan berlangsung di Kalimantan Selatan.

"Artinya memang anak-anak difabel ini berhak untuk mengekspresikan diri."

"Mereka sama dengan kita, kalau yang lain di hari kemerdekaan ada even atau kegiatan lomba, anak-anak difabel juga ada. Kalau yang lain ada pentas seni, anak-anak difabel juga ada," kata Heni.

Sedianya kegiatan serupa sudah ada setiap tahun sejak 2015. Hanya saja beberapa tahun terakhir ditiadakan karena pandemi Covid-19.

Kegiatan ini menjadi ajang unjuk kebolehan bagi anak difabel. Mereka ada yang tunanetra, tunarungu, down syndrome, dan autis.

Mula-mula, kata Heni, pada 2015 saat dirinya menggagas kegiatan serupa banyak orangtua yang memiliki anak difabel tidak mau.

"Sebenarnya kan sama. Mereka juga berhak untuk tampil ke publik. Hak anak-anak kita yang difabel sama denga  anak yang lain," kata dia.

Dalam kesempatan ini, Ketua TP PKK Kudus, Mawar Hartopo, juga turut menyaksikan.

Dia mengapresiasi kepada seluruh pihak yang menggagas kegiatan tersebut.

Baginya, itu kegiatan yang sangat positif. Memberi wadah dan ruang kepada anak difabel untuk berkreasi.

Dia sendiri menolak menyebut mereka anak berkebutuhan khusus. Dia menyebutnya anak istimewa yang butuh perhatian dan cinta yang lebih.

"Saya sangat terharu, mereka bisa berjalan sendiri tanpa didampingi."

"Luar biasa keren para guru dan pendamping anak-anak istimewa itu," kata Mawar.

Kegiatan serupa harus sering dilaksanakan. Sebagai bentuk komitmen, dalam waktu dekat ini, kata Mawar, PKK Kudus akan menggarap program yang sarat akan pengembangan bagi kaum difabel. (*)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved