Berita Blora
Mengenal Lamporan, Tradisi Tolak Bala yang Masih Lestari di Kunduran Blora, Ada Obor dan Barongan
Tradisi Lamporan masih rutin dilakukan oleh warga Kelurahan/Kecamatan Kunduran, Blora. Tradisi tolak bala ini digelar pada Jumat Kliwon bulan Suro
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Warga Kunduran, Blora, menggelar tradisi Lamporan, yang biasa dilakukan pada malam Jumat Kliwon bulan Suro, dalam penanggalan Jawa, Jumat 12 Agustus 2022 malam.
Lamporan adalah tradisi berjalan membawa obor pada malam hari, pada bula Suro, sebagai simbol penerang dan doa dijauhkan dari mara bahaya serta tolak bala.
Tradisi Lamporan di Kunduran dimeriahkan oleh sembilan grup barongan, yang ada di Kelurahan/Kecamatan Kunduran.
Meriahnya tradisi Lamporan pada tahun ini tak lepas dari kerja sama apik antara mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara yang sedang menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta para pemuda setempat.
Gelaran tradisi Lamporan dipusatkan di Punden Asem Gedhe.
Pegiat seni barongan Kunduran, Hendrik, mengungkapkan tradisi Lamporan ditujukan untuk menolak wabah penyakit.
"Selain itu, Lamporan dipercaya dapat mengusir makhluk halus yang mengganggu keamanan desa," ucap Hendrik.
Tradisi ini diadakan setiap malam Jumat Kliwon pada bulan Suro yang berlokasi di Punden Asem Gedhe.
”Tradisi ini mensyaratkan keterlibatan kesenian barongan di dalamnya. Karena baronglah yang dianggap sebagai pengusir balak,” terang Hendrik.
Koordinator mahasiswa KKN di Desa Kunduran, Aminanto, mengatakan kegiatan itu sangat berkesan baginya.
Sebab dalam Lamporan tersebut dapat memberi pembelajaran tentang kesederhanaan, gotong royong, serta pelestarian budaya.
”Mudah-mudahan lamporan ini dapat menjadikan kabupaten Blora khususnya Kelurahan Kunduran bisa terkenal dan event tersebut bisa di nanti-nantikan masyarakat khususnya masyarakatnya umum,” harap Aminanto.
Sementara itu, Rudi, salah satu masyarakat desa itu mengaku ada syarat khusus yang diberlakukan, mulai dari jalur yang ditempuh serta titik pemberhentian.
Titik mula dan akhir keberangkatan adalah punden desa, yaitu Asem Gedhe.
"Setelah itu, berkeliling ke desa-desa dengan diselingi perberhentian sementara tiap perempatan atau pertigaan besar untuk memanjatkan doa pada tiap jeda tersebut,” jelas Rudi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/lamporan-kunduran-blora.jpg)