Berita Temanggung
Cerita Gamelan Pusaka Kyai Jajar di Lamuk Legok Temanggung, Dipercaya Berasal dari Dimensi Lain
Cerita Gamelan Pusaka Kyai Jajar di Lamuk Legok Temanggung, Dipercaya Berasal dari Dimensi Lain
TRIBUNMURIA.COM, TEMANGGUNG – Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, mempunyai pusaka berupa gamelan yang dikeramatkan.
Cerita yang dipercaya warga setempat, gamelan pusaka 'Kyai Jajar' tersebut berasal dari dimensi lain.
Warga percaya cerita, bahwa gamelan pusaka 'Kyai Jajar' yang terdiri dari kenong dan ketuk itu, berasal dari alam ghaib, yang karena suatu hal tak bisa kembali ke dimensi asalnya.
Sekretaris Desa Legoksari, Robin Eka Jaya, menuturkan berdasarkan kisah legenda secara turun-temurun, dahulu kala meski banyak jenis kesenian di dusunnya, namun mereka tidak memiliki perangkat gamelan.
Sehingga saat hendak digelar pementasan, warga harus meminjamnya terlebih dahulu ke sebuah wilayah bernama Tuk Songo.
Menariknya, seperangkat gamelan tersebut dipercaya berasal dari dimensi lain alias alam ghaib.
Akan tetapi, suatu waktu usai pementasan wayang kulit, mereka terlambat mengembalikannya atau tepatnya terburu ayam jantan berkokok sehingga gamelan tersebut tidak dapat kembali lagi ke alam asalnya.
“Dulu kita belum punya gamelan saat hendak mementaskan kesenian wayang kulit."
"Jadi memang harus meminjamnya ke Tuk Songo. Tetapi suatu ketika gamelan yang asalnya dari alam lain itu terlambat dikembalikan dan tertinggal di dusun kami,” kata Robin, dalam keterangannya, Sabtu (16/7/2022).
Sementara itu, salah seorang tokoh adat Dusun Lamuk Legok yang juga berprofesi sebagai dalang, Sutopo menambahkan, bahwa terdapat cerita lain di balik gamelan tersebut.
Yakni penyebab lain tak dapat kembalinya perangkat gamelan dari alam ghaib itu juga karena terkena kotoran ayam, sehingga terjadilah fenomena “Kamanungsan” alias bermanifestasi ke alam manusia.
“Sebelum dikembalikan, gamelan-gamelan yang kami pinjam itu terkena kotoran ayam sehingga kamanungsan atau tertinggal di alam manusia,” imbuhnya.
Sesepuh sekaligus pemangku adat Dusun Lamuk Legok, Jumbadi (62) atau yang mahfum dijuluki Mbah Gajul mengungkapkan, gamelan atau Gongso Kyai Jajar berupa kenong dan ketuk itu memiliki filosofi yang amat mendalam.
Yakni suara yang dihasilkan saat ditabuh berbunyi “Ning, Ning, Ning” yang maknanya adalah pertanda keheningan jiwa dan pikiran warga Lamuk Lagok setiap menjelang prosesi atau ritual selamatan, khususnya menyambut 1 Suro.
“Gamelan kuno itu disimpan di Dalem Carikan atau rumah sekdes."
"Pusaka itu harus melalui ritual khusus, yakni peminjaman dan seserahan apabila hendak digunakan untuk pementasan wayang kulit di dusun ini,” pungkasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/gamelan-pusaka-kyai-jajar-lamuk-legok.jpg)