Berita Demak

Jemparingan dalam Jamasan Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga, Olahraga Tradisi dengan Filosofi Mendalam

filosofi jemparingan tradisi jamasan pusakan kanjeng sunan kalijaga jemparingan sunnah nabi lembaga adat kadilangu

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rezanda Akbar D
Penjemparing mengarahkan anak panah ke sasaran berupa wong-wongan empat warna. Lembaga Adat Kadilangu menggelar Jemparingan dalam rangkaian acara Jamasan Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga, Sabtu (9/7/2022). Olaharga tradisi Jemparingan ini mempunyai filosofi yang sangat mendalam, berkait dengan syariat Islam. 

"Warna merah pada mustoko atau kepala dilambangkan sebagai amarah, angkara murka yang harus ditaklukan."

"Sedangkan jonggo atau leher yang berwarna kuning diibaratkan mulut atau lathi agar selalu menjaga lesan dengan baik," katanya.

Ia juga menerangkan warna putih yang terletak pada awak atau tubuh adalah suatu hal yang putih dan bersih yang harus dicapai.

Sedangkan hitam, pada bagian bawah adalah lambang syahwat atau nafsu.

Konsep Jemparingan secara keseluruhan diartikan sebagai cara untuk menata diri, bagaimana kita melawan diri kita sendiri.

Penjemparing harus konsentrasi penuh untuk mengenai sasaran yang berukuran kurang lebih 20cm dengan jarak 20-30 meter.

"Sasaran wong-wongan tersebut ditembak dengan anak panah yang terbuat dari bambu dengan ujung baja, dengan busur panah dari kayu yang kuat," urainya.

Mereka, memanah dengan anak panah berjumlah lima anak panah dengan makna salat lima waktu secara bertahap atau banyon (ronde) hingga 17 kali yang dimaknakan 17 rakaat atau total dari rakaat salat lima waktu. (rad)

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved