Berita Semarang
Pelaku Usaha Optimistis Tahun Ini Bisa Jadi Starting Point yang Baik
Para pelaku UMKM di Kota Semarang meyakini, masa transisi ini menjadi awal yang baik untuk menggeliatkan kembali usaha dan perekonomian.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Moch Anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berbagai kelonggaran yang diberikan pemerintah di tengah masa transisi pandemi Covid-19 menuju ke endemi ini membawa angin segar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kota Semarang.
Para pelaku UMKM di Kota Semarang meyakini, masa transisi ini menjadi awal yang baik untuk menggeliatkan kembali usaha dan meningkatkan perekonomian di Kota Semarang.
"Saya di sini mewakili teman-teman UMKM yang lain."
Baca juga: Terkuak Pihak Swasta yang Turut Andil dalam Mafia Minyak Goreng, Lin Che Wei Pun Kini Jadi Tersangka
Baca juga: Protokol Kesehatan Diperlonggar, Penjualan Masker Pun Menurun
"Tahun ini merupakan starting poin yang baik untuk Lumos. Kemarin-kemarin sempat yang struggle 'berjuang', alhamdulillah mulai awal tahun sampai sekarang saya merasakan kelonggaran.
Ini sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM karena sudah mulai mengikuti bazaar-bazaar, baik yang diselenggarakan pemerintah, kompetisi mulai dibuka, jadi kami bisa lebih maksimal menunjukkan produk dan kreativitas kami," kata Owner Lumos Collection, Wahyu Trianingrum dalam Tribun Forum bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Rabu (18/5/2022).
Lebih lanjut Wahyu memaparkan, selama pandemi Covid-19 sendiri, baik dirinya maupun para pelaku UMKM lain merasakan dampak hampir sama.
Disebutkan, untuk Lumos yang bergerak di bidang fesyen, sempat juga terpuruk tanpa pemasukan.
Beruntung kata dia, inovasi-inovasi terus dilakukan sehingga bisa bertahan di tengah terpaan badai pandemi.
Ia berusaha memanfaatkan bahan yang masih tersisa untuk diproduksi ulang menjadi piyama.
"Tahun 2020 awal pandemi, Lumos benar-benar zero selling.
Kami harus memutar otak bagaimana caranya tetap bisa membayar karyawan karena ada orang yang menggantungkan hidupnya ke kami. Saya sampai menjual piyama, itu sisa-sisa produksi saya buat piyama agar tetap melakukan selling," ungkapnya.
Perlahan, ungkapnya, usahanya pun mulai bangkit.
Selain terus mencoba berinovasi, ia menyebutkan, mau tidak mau dirinya juga harus menyesuaikan penjualan dengan digitalisasi saat ini.
Yakni selain menjual secara offline melalui toko, juga memanfaatkan penjualan secara daring baik melalui sosial media maupun marketplace untuk meningkatkan penjualan.
"Kami aktif melakukan live sale seperti di instagram, shopee, agar orang-orang di luar semarang pun tahu tentang produk kami. Itu guna produk ini bisa laku, karena bazaar-bazaar ditiadakan, jadi harus aktif menggunakan sosial media," terangnya.