Berita Jateng
Pasang-Surut Bisnis Batik Tulis Pekalongan, Mustar Sidiq Tetap Berpegang Pada Pakem Tradisi
Berawal dari mengikuti sang ayah berdagang batik lawasan pada 1970-an, Mustar Sidiq kini jadi seorang pengusaha batik tulis.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: Moch Anhar
"Pada 2012, saya ubah konsep berjualan saya. Misalnya saya beli batik lawasan Rp 500 ribu kemudian saya jual. Saya akan bilang apa adanya ke pembeli, saya mau diberi untung berapa," ucapnya.
Mustar Sidiq pun sempat mengalami kebangkrutan pada usahanya karena wabah antraks.
Usaha ekspor batiknya ditolak masuk ke Thailand.
Pada tahun itu juga, ia mulai konsen memproduksi batik tulis budaya yang berpegangan pada pakem.
Hingga akhirnya, ia menjadi trainer pelatih batik budaya di beberapa daerah.
"Saya tidak hanya mengajari memproduksi batik, hingga cara menjual. Tapi juga mendampingi perajin batik hingga mereka bisa mandiri," jelasnya.
Diakuinya, bisnis batik tulis saat ini sudah berbeda.
Dulu, berjualan satu kain batik tulis bisa untuk hidup seminggu.
Sekarang belum tentu.
Apalagi ditambah adanya pandemi Covid-19.
Mustar pun kini tetap mempertahankan produksi batik tulisnya.
Baca juga: Dinkes Kota Semarang Tetap Random Sampling Antisipasi Lonjakan Covid-19
Baca juga: Lima Perlintasan Kereta Tanpa Palang Pintu, Dishub Batang Upayakan Cegah Kecelakaan
Baca juga: Momen Lebaran Angkat Destinasi Wisata di Kabupaten Semarang, Sedot Ribuan Pengunjung dalam Sehari
Tapi, diakuinya, produksi batik tulisnya hanya 'sak titahe'.
"Kini semua sudah serba digital. Harus instragamable. Otak saya sudah tidak nyandak, mungkin nanti anak saya yang bisa meneruskan sesuai zamannya," ucapnya.
Berawal dari batik pun, kini, ia juga mengembangkan usahanya di berbagai bidang.
Ia kini punya lahan pertanian, peternakan hingga konstruksi.
"Semua berawal dari batik," tutupnya. (*)