Berita Jateng
Angka Kematian Bayi dan Ibu Tertinggi di Jateng, Banyumas dan Grobogan Jadi Sorotan
Dua daerah di Jawa Tengah masing-masing Banyumas dan Grobogan menjadi sasaran program Saving Live at Birth (menyelamatkan nyawa saat lahir).
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
Penyakit tersebut dapat dicegah dan kematian akibat penyakit tersebut juga dapat dicegah apabila bisa diidentifikasi secara awal dan diterapi dengan tepat sejak ditemukan.
Di Grobogan, SLAB-III melakukan aksi Grobak Manak, yang diadaptasi dari Grobogan Bersama Atasi Kematian Emak dan Anak.
Aksi tersebut melibatkan pemangku kepentingan dari sektor kesehatan dan nonkesehatan.
Capaian kedua yaitu adanya penguatan kompetensi tenaga medis di Banyumas dan Grobogan.
Ia menyebut, sebanyak 6.189 tenaga kesehatan dari total 7.125 tenaga kesehatan di Banyumas dan Grobogan telah dilatih secara langsung maupun tidak langsung.
Jumlah tersebut terdiri atas 496 dokter, 3.794 bidan, 1.320 perawat dan 579 lainnya.
Ia menambahkan, penguatan kompetensi tenaga medis berdampak pada penurunan angka kematian ibu karena Pre-Eklampsia dan perdarahan.
Pada 2019, persentase kematian ibu karena Pre-Eklampsia di Banyumas sebanyak 50 persen dan di Grobogan sebanyak 31 persen.
"Kasus tersebut menurun pada 2021, yaitu Banyumas 11 persen dan Grobogan 20 persen," imbuhnya.
Sementara itu, persentase kematian ibu karena perdarahan pada 2019 di Banyumas sebanyak 10 persen dan Grobogan 14 persen.
Kasus menurun pada 2021, yaitu Banyumas 2 persen dan Grobogan 10 persen.
Capaian ketiga yaitu adanya perubahan perilaku dan pemahaman masyarakat terkait kesehatan ibu dan anak.
Baca juga: Ganjar Komentari Mbah Kholil, Warga Jepara yang Bangun Jembatan Pakai Uang Pribadi
Baca juga: Jadwal Pemutaran Film di Bioskop New Star Cineplex Pati Hari Ini, Kamis 12 Mei 2022
Baca juga: Merasa Dirugikan, 30 Sekdes ASN di Demak Minta Perbup No 11 Tahun 2022 Dikaji
Ia menuturkan, sebanyak 234.410 warga di Banyumas dan Grobogan yang menerima manfaat dari SLAB-III.
Jumlah itu terdiri atas 73.000 ibu hamil, 4.236 ibu hamil dengan risiko tinggi, 70.781 ibu bersalin dan 85.450 bayi baru lahir.
"Perubahan perilaku dan pemahaman ini menghasilkan kebijakan alokasi dana desa untuk program KIA," tandasnya. (*)