Berita Semarang
Kemeriahan Tradisi Gebyuran di Kampung Bustaman Semarang, Ratusan Warga Saling Lempar Bungkusan Air
Layaknya tawuran, ratusan warga di Kampung Bustaman Kota Semarang saling serang. Hingar bingar itu dilaksanakan warga menjadi tradisi.
Penulis: Budi Susanto | Editor: Moch Anhar
"Ya kami senang, tidak ada yang marah saat terkena lemparan bungkusan air. Dan semua warga Bustaman ikut dalam tumpah ruah tradisi ini," ucapnya.
Tradisi tersebut merupakan akhir dari rentetan acara yang digelar oleh warga Bustaman, selain melaksanakan tilik kubur dan berbagai kegiatan lainya jelang Ramadhan.
Dijelaskan Hari Bustaman, sesepuh Kampung Bustaman, tradisi tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1743.
"Tradisi tersebut digelar untuk menghormati Kiai Bustaman yang membuat sumur pada tahun tersebut, sampai sekarang sumur itu berusia 279 tahun lebih, dan masih digunakan oleh warga," kata Hari.
Dijelaskan Hari, awal tradis gebyuran menggunakan air sumur dan air sungai, dan menggunakan gayung untuk melempar air.
Baca juga: Semarak Lomba Mancing di Kusuma Bawal Seso Blora, Total Hadiah Jutaan Rupiah
Baca juga: Rawan Jadi Episentrum Peredaran Narkotika, Blora Segera Bentuk BNNK, Jadi yang ke-10 di Jateng
Baca juga: Masyarakat Kedunggading Kendal Arak Mustaka Masjid Baitturrakhim jelang Ramadhan Tiba
"Tapi sekarang menggunakan air yang dibungkus plastik, meski sedikit berubah namun maknanya masih sama," paparnya.
Menurut Hari, tradisi gebyuran dimaknai warga sebagai prosesi penyucian diri untuk menyambut Ramadhan.
"Istilahnya penyucian, dengan badan basah dan diguyur air, kesalahan dan dosa ikut luntur. Tradisi ini juga menjadi kebanggaan warga," tambahnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Kampung-Bustaman-273-2.jpg)