Berita Pati
Asal-Usul Dua Masjid Bersejarah di Pati, Diyakini sebagai Peninggalan Waliyullah
Semarak pendidikan Islam di Pati tak bisa dilepaskan dari para pendakwah yang mula-mula menyebarkan Islam di Bumi Mina Tani.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Moch Anhar
Satu di antaranya, menurut Amal, warga Muslim Tawangrejo Kecamatan Winong mengakui Mbah Cungkrung sebagai leluhurnya.
Setiap ada tahlil, nama Mbah Cungkrung disebut.
Kemudian, saat peringatan haul Mbah Cungkrung di Gambiran, sejumlah penduduk dan perangkat Desa Tawangrejo ikut hadir.
Kemudian, meski semarak keagamaan sempat meredup saat ulama Gambiran hijrah ke Masjid Agung Baitunnur Pati, kini gairah keagamaan kembali bangkit.
Di bahwa naungan Yayasan Baiturrohim, di Gambiran berlangsung aktif pendidikan agama mulai dari TPQ,TK, Jamaah Yasin-Tahlil, sampai Pondok Pesantren.
2. Masjid Jami' Kajen
Masjid Jami' Kajen terletak di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati.
Berdiri di antara puluhan pondok pesantren dan belasan lembaga pendidikan Islam, Masjid Jami’ Kajen disebut sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Pati.
Dilihat dari luar, bangunan Masjid Jami’ Kajen nampak modern dengan dinding tembok dan lantai keramik.
Namun, jika kita memasuki bagian utama masjid yang berada di tengah, suasana “kesejarahan” sangat terasa.
Bagian utama masjid merupakan tempat di mana mihrab dan saf salat utama berada.
Ruangan tersebut dikelilingi dinding papan kayu jati berusia ratusan tahun.
Dinding kayu jati tersebut seolah membisikkan sejarah simpul keislaman di Desa Kajen, yang kini banyak dikenal orang sebagai desa santri.
“Dari temuan candrasengkala pada mimbar, Masjid Jami’ Kajen diperkirakan didirikan pada 1695,” ujar Mohammad Zuli Rizal, Koordinator Divisi Komunikasi dan Informasi Islamic Centre Kajen (ICK), yang juga merupakan penulis buku “Infografis Masjid Kajen: Sejarah dan Ornamen Simbolik”.
Candrasengkala merupakan kata-kata yang menyimbolkan angka tahun dalam budaya Jawa.