Berita Semarang

Ada Pulau Baru di Pesisir Semarang, Luas Satu Lapangan Sepak Bola, Isinya Sampah Semua

Tumpukan sampah seluas sekira satu lapangan sepak bola muncul di muara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Kota Semarang.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/IWAN ARIFIANTO
Aktivis lingkungan saat mendatangi pulau sampah di muara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Kota Semarang atau di pesisir Tambakrejo, di Kota Semarang, Rabu (2/3/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Tumpukan sampah seluas sekira satu lapangan sepak bola muncul di muara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Kota Semarang.

Tumpukan sampah juga berdekatan di sepanjang pesisir Tambakrejo, Tanjung Mas,Semarang Utara, Kota Semarang.

Para warga setempat menyebutnya sebagai pulau sampah.

Baca juga: Viral Kades di Pati Minta Motor Dinas Baru KLX atau PCX, Bupati: Itu Kan Angan-angan Kades

Baca juga: Buka Hotline Layanan Aduan Anggota Polisi Nakal, Bidpropam Polda Jateng Terima 80 Laporan Warga

Isi pulau itu beragam bekas kemasan produk industri untuk rumah tangga seperti kemasan deterjen, sampo, popok bayi, minuman sachet, dan lainnya.

Bahkan, kasur dan ban ditemukan dalam pulau sampah itu.

"Iya, pulau sampah ini didominasi oleh barang-barang rumah tangga," tutur Manajer advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah, Iqbal Alma, Rabu (2/3/2022).

Iqbal menyebut, sampah itu berasal dari aliran sungai BKT kemudian menumpuk di hilir BKT atau di sepanjang pesisir Tambakrejo, Tanjung Mas,Semarang Utara, Kota Semarang.

Fenomena pulau sampah itu merupakan kejadian tahunan, artinya sudah bukan barang lama.

Akan tetapi, bagi warga sekitar paling parah terjadi di tahun ini sebab volume sampah terus bertambah.

"Dulu hanya datar saja, sekarang membentuk perbukitan, luas sampah sekira lapangan sepak bola. Tingginya lima meter dari dasar sungai," katanya.

Ia mengatakan, sebelum proyek BKT ada, pulau sampah itu merupakan kawasan sabuk hijau berupa hutan magrove.

Lantaran ada proyek BKT, hutan magrove dibabat habis.

"Proyek itu sampai sini sekira tahun 2019-2020, setelah itu pulau sampah mulai muncul," tuturnya.

Pihaknya sebenarnya sudah pernah bergotong royong bersama warga dan Mapala untuk membersihkan sampah dari aliran sungai.

Ketika itu total sampah yang berhasil dikeruk warga sebanyak tiga truk.

Mirisnya, kiriman sampah dari aliran sungai BKT terus berdatangan.

Pekerjaan gotong royong itu pun seperti sia-sia.

"Kalau pulau sampah ini entah ada berapa ton atau berapa truk karena luas dan menumpuk tinggi," jelasnya.

Baca juga: Bedol Desa Warga Terdampak Bendung Gerak Karangnongko Blora, Bupati: Ada 5 Desa yang Dipindah

Baca juga: Advokat Perempuan, Muda dan Senior Deklarasi Dukung Cak To Jadi Ketua Peradi Semarang

Menurutnya, imbas dari adanya pulau sampah tentunya mengganggu kehidupan para biota yang berada di sekitar muara dan pantai Tambakrejo.

Terutama jenis ikan yang terpapar mikro plastik dari sampah tersebut.

Sampah yang terbawa arus sungai kemudian berada di laut akan pecah sampai lepas zat-zat mikro plastik yang mencemari para biota seperti ikan.

Kemudian ikan itu dipancing oleh warga untuk dikonsumsi.

"Jadi dampaknya balik lagi ke kita," terangnya.

Ia mengaku, sudah beberapa kali memberitahukan ke Dinas terkait namun sejauh ini belum ada tindak lanjut.

"Kami sudah menghubungi beberapa kanal Pemerintah untuk melaporkan kondisi sampah ini tapi tidak ada tindak lanjut," terangnya.

Sementara itu, Warga Tambakrejo Masrohan (38) mengatakan, resah dengan keberadaan pulau sampah di sekitar kampungnya.

"Kita warga pesisir yang kena dampaknya, dapat kiriman sampah dari aliran sungai BKT," ungkapnya.

Ia menyebut, ada dua titik pulau sampah di wilayah pesisir Tambakrejo.

"Satu di muara sungai, satunya ada di dekat permukiman warga. Tapi yang paling luas yang di muara," katanya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved