Berita Blora
Kriuk! Sensasi Nikmatnya Kerupuk Sambel Goreng Pasir dan Cemeding, Kuliner Khas Pedesaan Blora
Kriuk! Sensasi Gurih Kerupuk Sambel Goreng Pasir dan Cemeding, Kuliner Khas Pedesaan Blora
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Kuliner khas Kerupuk Sambel dan Cemeding tidak asing di telinga masyarakat Kabupaten Blora.
Apalagi bagi mereka yang hidup di pedesaan.
Kerupuk sambel dan cemeding atau akrab disebut pecel, --misalnya-- dapat dijumpai di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan.
Baca juga: Sensasi Pedas Lontong Mbelyer 36 Blora, Kreasi Polwan Cantik, Bisa Request hingga 30 Cabai Setan
Baca juga: Ungker, Kepompong Ulat Jati Kuliner Ekstrim Khas Blora, Murmer Rp10.000 Per Ons, Berani Coba?
Baca juga: Menikmati Ayam Bakar Mak Gogok di Blora, Kuliner Legendaris Berawal dari Centong Kayu
Kerupuk sambel adalah kerupuk yang digoreng menggunakan pasir yang biasa dipakai sebagai bahan bangunan.
Pedagang Kerupuk Sambel, Sutirah (67) mengungkapkan sebelum berjualan kerupuk sambel, dirinya berjualan sayuran.
"Dulu jualan sayur, lontong kalau pas ada ketoprak (seni pertunjukan tradisional, red)," ucapnya, Selasa (15/2/2022).
Sutirah menggeluti pekerjaan ini lebih dari 20 tahun.
"Anak saya dulu masih kecil-kecil," ujarnya.
Perempuan kelahiran 1955 ini menerangkan bagaimana cara membuat kerupuk sambel.
"Pertama kali buat api dulu, terus ngasih pasir di wajan (dari tanah), dipanaskan, kemudian jika udah panas, kerupuknya dimasukkan dan digoreng dibolak balik," terangnya.

Sutirah mengaku membuat kerupuk sambel ini dulunya coba-coba.
"Dulu belajar melihat orang dari Desa Pengkolrejo, Kecamatan Japah," ungkapnya.
Didampingi anaknya, Murni dirinya menggoreng kerupuk dengan pasir tersebut.
"Kerupuknya sendiri dari tepung pati, beli di pasar."
"Ini mudah, jadi langsung dibolak balik, dimasukkan langsung jadi," ucap Murni.
Untuk menggoreng kerupuk ini harus satu per satu.
Berbeda dengan menggunakan minyak goreng bisa lebih dari satu.
Murni membeli kerupuknya di pasar dengan harga Rp15.000, per kilogram (Kg).
Perempuan berusia 30 tahun ini membeberkan keuntungan yang didapat dengan menjual kerupuk sambel ini.
"5 kg itu biasanya dapat untung Rp30.000, belum sambalnya, kacangnya, ketela," bebernya.
Terkait pasir yang dipakai untuk menggoreng, Murni mengungkapkan untuk memilih yang agak kasar.
"Pasir buat bangunan itu, dicuci dan diayak, tapi yang kasar, yang halus malah gak bisa."
"Kurang mekar kalau halus," ungkap dia.
Bersama ibunya, Murni sangat bersyukur dengan keuntungan yang didapat.
"Sangat bersyukur, untuk kegiatan sehari-hari," ujarnya.
Terlihat Sutirah menguleg sambal di atas cobek dengan bumbu, kencur, bawang, cabai, garam, penyedap rasa, ketela.
Untuk bumbu sambalnya sendiri awalnya diuleg baru dikasih ketela rambat (ubi jalar) sebagai paduan dari kerupuk sambel tersebut.
Tak hanya itu, Sutirah bersama anaknya juga menjual cemeding atau sering juga orang menyebut pecel yakni terdiri dari daun ketela rambat, taoge dan kacang panjang yang disirami sambal kacang/sambal pecel.
Biasanya disajikan dengan daun jati ataupun dengan piring.
Lestari, pembeli asal Desa Sambongrejo, Kecamatan Tunjungan mengatakan membeli makanan ini sebab harganya murah.
"Rp5.000,- udah dapet 10 biji. Dibuat cemilan," ujarnya. (kim)