Berita Jateng
DPRD Jateng Dukung Pelestarian Tari Ndolalak, Warisan Budaya Purworejo yang Jadi Kontroversi
DPRD Jateng Dukung Pelestarian Tari Ndolalak, Warisan Budaya Purworejo yang Jadi Kontroversi
Penulis: M Zaenal Arifin | Editor: Yayan Isro Roziki
"Pada saat istirahat itu para serdadu Belanda kemudian melakukan pesta dan berdansa."
"Aktivitas tersebut kemudian ditiru oleh orang pribumi dan terciptalah gerakan sederhana dan berulang-ulang yang kemudian dinamakan tari Ndolalak."
"Nama Ndolalak diambil dari tangga nada DO dan LA karena awalnya tarian ini hanya diiringi nada do dan la,” katanya.
Pelaku seni Ndolalak yang juga hadir di acara itu, Krisyanti Tri Astuti menegaskan, Tari Ndolalak memang sempat menjadi kontroversi karena dianggap sebagai tarian erotis.
Bahkan beberapa kalangan sempat melarang penampilan kesenian tradisional ini.
Hal itu karena kostum yang dikenakan para penari, banyak meniru seragam para serdadu Belanda yang sedang pesta yang tentu eksotis.
"Namun saat ini, pelaku Ndolalak sadar, saat menarikan di depan anak-anak ataupun kelompok agama, mereka mengenakan celana yang sopan hingga menutup lutut."
"Ini untuk menyesuaikan dengan norma yang ada. Namun dalam pentas umum, tetap menggunakan kostum yang memang jadi ciri khas tarian ini," tegasnya.
Ditambahkan, butuh peran pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kesenian tradisional semacam Tari Ndolalak ini.
Keberhasilan pelestarian kesenian tradisional sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah daerah bersama dengan DPRD, dalam merumuskan program dan kebijakan yang langsung bersentuhan dengan kelompok kelompok kesenian yang terbentuk.
“Dan juga peran serta dari pemerintah daerah dalam membantu menunjang sarana prasarananya,” katanya.
Pembinaan terhadap kelompok seni tradisional sangat diperlukan dalam usaha melestarikan kesenian tradisional.
“Harapan kita bahwa nanti kesenian tradisional akan masih dapat dinikmati oleh anak cucu kita nanti,” tandasnya. (*)