Berita Pendidikan
Ferdinand Ungkap Kebijakan Kampus SCU: Mahasiswa Prioritas, Rektor Terakhir
Rektor SCU --dulu Unika Soegijapranata Semarang-- Dr Ferdinandus Hindiarto, menyatakan mahasiswa adalah prioritas, rektor gak penting.
“Rektornya gak penting. Ekstremnya gini, kampus itu gak ada rektor bisa jalan, tapi kalau gak ada mahasiswanya kan gak ada pendidikan.”
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata atau sekarang lebih dikenal sebagai Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang memprioritaskan mahasiwa dalam kebijakan-kebijakan yang diambil kampus.
Hal ini ditekankan oleh Rektor SCU Semarang, Dr Ferdinandus Hindiarto, saat ngobrol bareng dengan awak media, kemarin.
Ferdinand menegaskan, kebijakan-kebijakan kampus diarahkan agar membuat mahasiswa menjadi nyaman dalam proses belajar dan mengembangkan diri.
Baca juga: Hotel hingga Money Changer Sering Jadi Modus Cuci Uang, Pakar Hukum SCU: Arus Kas Besar
Baca juga: Tim Kedaireka Unika Soegijapranata Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro di Banjarnegara
“Dalam bagan kebijakan, kami membuat piramida terbalik, mahasiswa ada di urutan paling atas, nomor satu, kemudian di bawahnya ada tendik (tenaga pendidikan, red) dan dosen, kemudian pejabat (kampus), terakhir rektor,” katan Ferdinand, dalam keterangannya, Jumat (14/8).
"Segala sesuatu harus diprioritaskan untuk mahasiswa. Maka student lounge di SCU ini sekarang banyak banget. Laboratorium juga jadi prioritas, untuk menjamin kompetensi lulusan," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia membeberkan mengapa seluruh kebijakan bermuara untuk kepentingan mahasiswa. Menurut dia, karena memang pendidikan tinggi itu adalah untuk mahasiswa dan dari mahasiswa.
“Rektornya gak penting. Ekstremnya gini, kampus itu gak ada rektor bisa jalan, tapi kalau gak ada mahasiswanya kan gak ada pendidikan,” tutur Ferdinand, yang mempunyai kepakaran pada bidang psikologi organisasi ini.
Saat disinggung soal komposisi mahasiswa, Ferdinand menyatakan, peserta didik SCU Semarang berasal dari beragam latar belakang sosial dan agama. Dituturkan, 40-45 persen mahasiswa beragama Katolik, sekitar 20-25 persen Kristen, sisanya mayoritas adalah Muslim.
Ia menekankan, SCU Semarang adalah kampus inklusif. Semua sivitas akademika berinteraksi tanpa sekat-sekat agama.
“Sudah seharusnya kampus mendidik orang untuk menjadi inklusif. Jangankan yang berhijab, di sini sejumlah dosen adalah haji/hajah,” ucapnya.
Pun demikian soal beasiswa. SCU Semarang tak pernah membeda-bedakan latar belakang sosial maupun agama. Semua mahasiswa diperlakukan setara.
“Ada beasiswa, semua bisa dapat tanpa memandang sekat agama. Di organisasi mahasiswa juga begitu, periode kemarin Ketua BEM SCU muslim, kebetulan periode ini Katolik,” paparnya.
Memperlakukan semua orang setara, tanpa sekat agama, menurut Ferdinand merupakan salah satu semangat yang ditularkan oleh Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Pertama dari Indonesia, yang namanya diabadikan di kampus SCU Semarang.
Ia bercerita, saat revolusi kemerdekaan Indonesia, negeri ini kesulitan pangan. Soegijapranata kemudian berkirim surat kepada Uskup Agung di berbagai negara lain di dunia, meminta bantuan pangan.
STEBI Bina Essa Bandung Perguruan Tinggi Pertama di Indonesia Terima Pembayaran UKT Gunakan Kripto |
![]() |
---|
Unida Kembangkan Penelitian Skema Wakaf Blended Finance untuk Dukung Pembiayaan SDGs di Indonesia |
![]() |
---|
Sejarah Singkat PSHT, Arti Lambang Beserta Maknanya yang Penuh Filosofi |
![]() |
---|
Di Puncak Bukit Situs Giri Kedaton Gresik, Kumcer 'Jalan Kecil' karya Dewi Musdalifah Dibedah |
![]() |
---|
Yayasan Gang Sebelah Ajak 18 Cerpenis Susuri Kota Pudak: Gresik Seutuhnya untuk Lanskap Cerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.