Berita Jepara
Warga Jepara Mulai Resah Kabar Maraknya Beras Oplosan, Kata Endang Rasa Nasinya Beda
Maraknya beras oplosa membaut warga Jepara resah. Terlebih, belakangan ini mereka mengaku, rasa nasi yang dimasak berbeda dengan sebelumnya.
Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Warga Kabupaten Jepara mulai resah dengan kabar maraknya peredaran beras merek premium oplosan yang banyak ditemukan pemerintah.
Diketahui, isu beras premium oplosan berkembang luas melalui media sosial dan grup WhatsApp, menimbulkan kekhawatiran soal kualitas, keamanan pangan, dan kejujuran pedagang yang beroperasi.
Satu warga Desa Bawu, Kecamatan Batealit, Endang Sugiarti mengaku resah dengan kabar tersebut. Ia biasa membeli beras Wilmar ukuran 25 kg seharga Rp 340 ribu. Menurut dia, rasa nasi dari beras yang dibelinya itu kini semakin menurun.
Baca juga: Ada ATM Beras di Masjid Darussalam Getassrabi Kudus, untuk Bantu Warga Kurang Mampu
Baca juga: Dijual Rp52.000 Per 5 Kg, Beras Murah SPHP di Kudus Ludes Diborong Warga
Ia pun harus beralih membeli merek beras yang lain, yaitu Raja Lele dengan seharga Rp 355 ribu per 25 kg, untuk mendapatkan rasa nasi yang diinginkan.
"Saya kalau beli beras itu karungan, jadi setiap beras habis, itu tahu rasa dari beras sebelum dan setelahnya. Pertama berasnya pulen enak, yang kedua agak pucat warnanya dan nggak enak. Terus ganti merek, dan enak, dengan harga Rp 354 ribu (per 25 kg-Red)," katanya, kepada Tribunjateng, Rabu (16/7).
Senada, warga Desa Ngasem, Kecamatan Batealit, Ayu merasakan perbedaan kualitas pada beras produksi Wilmar. Ia menyampaikan, sempat rutin membeli beras premium itu seharga Rp 76 ribu per 5 kg. Ia pun mengeluhkan nasi yang cepat berair meski menggunakan rice cooker normal.
Merasa kurang puas, Ayu pun mengambil langkah yang sama dengan Endang beralih ke merek lain. Pergantian ke produk lain itu dilakukan Ayu sebelum munculnya kabar beras oplosan ramai diberitakan.
"Kalau harga beras di bawah Rp 13 ribu/kg memang kurang enak, makanya beli premium Wilmar 5 kg untuk 10 hari. Kalau pulen sih pulen, tapi cepat berair, padahal magicom normal," bebernya.
Tak pengaruhi penjualan
Adapun, satu pedagang beras di Pasar Jepara 1, Nura mengatakan, belum mengetahui adanya kabar beras oplosan. Menurutnya, kabar itu sejauh ini tidak memengaruhi penjualan di kiosnya.
Ia menyebut, penjualan beras saat ini masih seperti biasa, baik untuk beras biasa maupun premium. Harganya pun tetap sama, yakni sekira Rp 73 ribu-Rp 76 ribu per kg, sementara Rp 345 ribu-Rp 376 ribu untuk per 25 kg.
Nura menyatakan, penjualan beras dari hasil selepan atau penggilingan padi desa juga masih normal, dengan harganya lebih terjangkau. "Saya malah baru tahu isu ini. Penjualan masih biasa, stabil, namanya juga pasar," tukasnya.
Hal serupa disampaikan pedagang warung di Pasar Jepara 1, Meli, yang hingga kini masih menjual beras premium Wilmar. Menurut dia, kualitas beras masih baik dengan tampilan putih dan panjang.
Ia pun mampu menjual beras itu sebanyak 10-12 kg per hari. "Berasnya putih, panjang-panjang. Saya sehari bisa 10-12 kg, dengan harga Rp 75 ribu-Rp 76 ribu per 5 kg," tuturnya.
Ia memilih menjual beras premium karena selisih harganya dengan beras biasa tidak terlalu jauh, yakni sekitar Rp 3 ribu. "Toh hampir sama harganya dengan yang biasa, selisih sekitar Rp 3 ribuan," ujarnya.
Perusahaan Asal Korea Selatan Resmikan TK Komipo Ester di Bondo Kabupaten Jepara |
![]() |
---|
Parah! Mantri Bank Pelat Merah di Jepara Korupsi Penyaluran Kredit untuk Judi Online |
![]() |
---|
Tim Kesehatan DKPP Jepara Temukan Sejumlah Hewan Kurban Terinfeksi Cacing Hati |
![]() |
---|
Jepara jadi Lokasi Pameran Ifex 2026, HIMKI: Pengukuhan sebagai Pusat Ukir dan Mebel |
![]() |
---|
Sarasehan PWI Jepara: Tantangan dan Harapan Pemerintahan Baru di Tengah Pemangkasan Anggaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.