Pilkada 2024

Ketua DPD Nasdem Kudus Bantah Aniaya Relawan Hartopo-Mawahib: Dia Sudah Banyak Membantu Saya

Penulis: Saiful MaSum
Editor: Yayan Isro Roziki
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPD Nasdem Kudus cum anggota DPRD Kudus, Superiyanto.

Ketua DPD Nasdem Superiyanto membantah menganiaya relawan Paslon 02 Hartopo-Mawahib, Ngatno. Kata Super, Ngatno selama ini telah banyak membantunya.

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Buntut pelaporan dugaan penganiayaan terhadap relawan 02 yang menyeret nama anggota DPRD Kudus, Superiyanto semakin meruncing. 

Kuasa hukum Paslon 02 yang diketuai Yusuf Istanto telah melaporkan Superiyanto ke Polres Kudus pada, Senin (18/11/2024) atas dugaan penganiayaan dan ancaman verbal terhadap seorang relawan pasangan calon nomor urut 02 Hartopo dan Mawahib, berinisal G (64).

Belakangan, inisial G merujuk pada Ngatno, warga Karangrowo, Kecamatan Undaan, menjadi korban dugaan adanya tindak kekerasan oleh politikus juga sebagai Ketua DPD Nasdem Kabupaten Kudus, Superiyanto. 

Baca juga: Oknum DPRD Kudus dari Nasdem Diduga Aniaya Relawan Paslon Hartopo-Mawahib, Dilaporkan ke Polisi

Baca juga: Bolone Mase Dukung Hartopo-Mawahib di Pilkada Kudus, Hanafi: Ada 2.200 Relawan hingga Tingkat RT

Baca juga: Konser Denny Cak Nan Kampanye Akbar Samani-Bellinda Dihadiri Hercules Rosario Marshal

Saat dikonfirmasi, Superiyanto membantah tegas dugaan penganiayaan dan pelaporan yang menyeret namanya.

Menurut dia, apa yang sebenarnya terjadi antara Ngatno dan dirinya pada, Minggu (17/11/2024) tidak ada unsur tindakan kekerasan. Sebagaimana yang diadukan Ngatno bersama kuasa hukum Paslon 02 ke Polres Kudus.

Saat dikonfirmasi, Superiyanto menjalaskan bahwa, kejadian yang melibatkan dirinya dengan Ngatno terjadi pada, Minggu sore sekiranya pukul 17.15 WIB di dekat sebuah pos dekat Balaidesa Karangrowo, Kecamatan Undaan. 

Saat itu, Superiyanto sudah mendengar kabar bahwa ada relawan 02 pasang stiker Paslon Hartopo-Mawahib di rumah-rumah warga Desa Karangrowo dengan akomodasi Rp50.000, namun tidak merata. Dengan dalih, siapa yang ikut Superiyanto, tidak dikasih. 

"Setelah itu saya tanya yang bilang siapa, jawabnya Pak Ngatno. Ngatno ini anak buah saya, bahkan tangan kanan saya di dunia politik, sudah banyak membantu saya."

"Karena ada pertemuan tim 01, maka dia tidak saya ikutkan karena Koordinator RT (Korte) hanya 10-12 orang, maka dia tidak ikut."

"Setelah itu ada perekrutan dari relawana 02, dia Ngatno ikut ke sana merapat ke relawan Paslon 02," terang dia.

Superiyanto terlibat komunikasi dan cekcok dengan korban Ngatno untuk mencari kebenaran atas kabar yang beredar.

Dia tidak terima kalau namanya dijelekkan dengan asumsi warga yang ikut Superiyanto tidak mendapatkan jatah akomodasi program penempelan stiker dari tim kemenangan Paslon 02. 

"Waktu itu, Pak Ngatno bilang kalau sekarang sudah tidak jadi bagian dari tim sukses saya."

"Padahal selama ini yang ngopeni (membantu) dia ya saya. Masih ada hubungan kerabat melalui menantu Pak Ngatno," terangnya, Rabu (20/11/2024).

Superiyanto dengan tegas membantah adanya dugaan yang menyebutkan dirinya menempeleng, menyolok mata, hingga menyulutkan batang rokok ke Ngatno. 

Dia juga tidak membenarkan adanya tuduhan ancaman verbal terhadap Ngatno, yang ada hanya mengingatkan kepada yang bersangkutan agar ingat umur supaya menjalankan aktivitas yang banyak mengandung kebaikan. 

"Saya ada saksi tiga orang sekitar situ, saya yakin netral yang bisa menjelaskan kronologi sebenarnya. Yang kemarin (dilaporkan) sudah digoreng."

"Politik yang sebenarnya harus kondusif tidak ada masalah-masalah, wujudkan suasana politik yang aman dan damai. Tapi, ternyata ada gorengan isu politik semacam ini, dan muncul ke ranah saya sebagai politikus," ujar dia.

Halaman
123