Wahid menuturkan, jaringan dan mesin politik yang lebih terstruktur menjadi faktor penting dalam pemenangan pilgub Jateng.
Melihat pula permasalahan dan tantangan yang ada di Jateng berupa kemiskinan, ketimpangan antara wailayah Utara dan Selatan, lalu pengangguran, dan infstruktur yang belum maksimal.
“Sudah seharusnya pemimpin muda ini punya tawaran alternatif terobosan yang dimulai dari sekarang harus dipromosikan dan coba disajikan ke masyarakat pemilih Jateng. Dan ini kita belum lihat pemanasannya,” akunya.
Ditanya terkait Dico yang telah berpengalaman menjadi pemimpin di Kabupaten Kendal. Arif mengaku ada kemungkinan tapi kecil.
“Mas Dico ini kan Golkar dan dia ada pengalaman di Kabupaten Kendal."
"Tapi sekali lagi kalau melihat kemungkinan hasil pileg, nampaknya kecil kemungkinan untuk Golkar bisa mengusung secara mandiri tanpa koalisi."
"Sehingga butuh partai lain yang bisa diajak koalisi,” akunya.
Sementara Sudaryono dari Gerindra kata dia juga mempunyai peluang. Terlebih masih ada waktu hingga Pilkada ke depan untuk mendulang popularitas melalui gagasannya.
“Peluang Sudaryono cukup besar jika Partai Gerindra mendulang suara pada Pileg 2024 ini dan membawa Prabowo memenangkan Pilpres 2024."
"Tetapi sekali lagi dia harus meningkatkan basis elektoralnya menurut saya, nah ini mumpung masih ada waktu semestinya calon-calon seperti itu sudah mulai mempromosikan diri paling tidak dalam perspektif gagasan yang paling penting adalah popularitas,” tegasnya.
Kaesang untuk gembosi suara PDIP
Sebelumnya, keluarga Joko 'Jokowi' Widodo disebut sedang melakukan upaya menggembosi suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Padahal, PDIP yang mengantarkan Jokowi memenangkan lima kali kontestasi, hingga akhirnya menjabat sebagai Presiden RI selama dua periode.
Langkah penggembosan itu antara lain adalah penunjukan Kaesang Pangarep -putra bungsu Jokowi- sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meski baru hitungan jam menjadi kader partai.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai penunjukkan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI dilatar belakangi tujuan mengambil ceruk suara pendukung dan relawan Jokowi, serta mencuri elektabilitas PDIP.
"Ketika Kaesang jadi ketua umum PSI, targetnya adalah mengambil ceruk suara dari pendukung dan relawan Jokowi."
"Kedua, mengambil suara-suara dari PDIP. Kita tahu bahwa di 2019 lalu itu suara PDIP berkurang karena digerogoti PSI," kata Ujang kepada Tribunnews.com, Selasa (26/9/2023).
Ujang melihat PSI yang dipimpin Kaesang paling tidak akan punya dua tujuan.