Ia juga meminta masyarakat tak memilih calon yang membawa nama agama hanya untuk kepentingan pemilu.
"Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat."
"Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil 'alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, tok," kata Gus Men panggilan akrabnya.
Karenanya, pemimpin yang ideal, menurut Menag Yaqut, harus mampu menjadi rahmat bagi semua golongan.
"Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih," tegasnya.
Seruan ini direspons Juru Bicara Anies Baswedan, Angga Putra dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf.
Angga Putra Fidrian Jubir Anies Baswedan mengaku sependapat dengan Menag Yaqut.
Ia mengatakan, Anies tidak memiliki rekam jejak sebagai pemecah belah umat.
"(Tak memiliki kriteria pemecah belah bangsa) sesuai dengan kriteria Pak Anies Baswedan," ujar Angga dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (6/9/2023).
Angga pun memberikan contoh saat Anies masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Menurutnya, Anies memiliki rekam jejak menyatukan umat-umat beragama saat menjabat itu.
"Bisa menjaga kondisi, selama 5 tahun tidak ada namanya gerebek-gerebek, atau menghancurkan kafe dan lain-lain."
"Warga Kristen bisa membangun gereja di tengah-tengah komunitas muslim, warga muslim juga bisa membangun Masjid di tengah-tengah komunitas Gereja," ungkapnya.
Pihaknya juga menyebut Anies memiliki kriteria menggabungkan dan menjaga keutuhan umat beragama khususnya di Jakarta.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf juga merespons pernyataan Yaqut soal memilih capres.