Nama tersebut karena dulu waktu kakek masih kecil sudah bisa cari uang sendiri, dengan cara jualan es puter," ungkap Septian.
Dari cerita, Sukimin dahulu belajar membuat es krim dari orang Belanda dan masih dijaga keaslian rasanya hingga sekarang.
Menurut Septian, untuk menjaga keontetikan rasa es puter Cong Lik, dibuat secara manual atau tanpa menggunakan mesin.
Selain itu, ia menggunakan bahan baku yang segar untuk menjaga kualitas rasa.
"Terjualnya sehari sekitar 1.000 porsi. Bapak mertua saya kasih ilmu, saya pertahankan. Utamanya adalah bahan, semua harus asli," imbuhnya. (idy)